REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi diperkirakan akan menjadi kunci pemulihan industri penerbangan akan terjadi pada 2022. Hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan Indonesia National Air Carrier Association (INACA) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Tim Riset INACA White Paper sekaligus dosen dan peneliti FEB Unpad Yayan Satyakti mengatakan terdapat tiga skenario model vaksin yang dapat menjadi penentu dalam pulihnya industri penerbangan di Indonesia. "Dalam skenario moderat dengan proses vaksin sekarang yang relatif meningkat, permintaan penumpang domestik baru mulai agak rebound itu pada awal 2022," kata Yayan dalam webinar INACA White Paper, Kamis (15/4).
Selanjutnya jika menggunakan skenario optimistis yaitu proses vaksinasi dilakukan dua kali lebih cepat dibandingkan saat ini maka rebound dapat lebih cepat dibandingkan kondisi moderat. Jika hal tersebut dilakukan, industri penerbangan akan kembali pulih pada akhir 2022.
Lalu pada skenario terakhir yaitu pesimistis. Artinya, kata Yayan, proses vaksin kecepatannya hanya 50 persen dibandingkan dengan sekarang.
"Ini menyebabkan demand itu akan relatif lebih rendah dibandingkan dengan skenario moderat," jelas Yayan.
Yayan menambahkan, berdasarkan skenario moderat pada Desember 2019 atau sebelum pandemi Covid-19, total penumpang itu kurang lebih sekitar 79,02 juta. Kemudian pada Desember 2020 jumlah penumpang pesawat menjadi 35,41 juta. Kemudian mulai kembali pada skenario moderat khusus untuk rebound itu pada Desember 2024.
Baca juga : Saham Waralaba KFC tak Bergerak Pascademo Serikat Pekerja
"Jadi kita lihat bahwa pergerakan itu sudah mulai ada pada Desember 2022. Sedangkan pada Desember 2021 ada peningkatan juga tetapi tidak begitu signifikan tetapi akan kembali lagi rebound sesuai dengan kondisi biasa pada 2019 yaitu pada tahun 2024," jelas Yayan.
Sementara pada skenario optimistis, rebound akan terjadi lebih cepat dibandingkan kondisi normal yang jumlahnya 79,02 juta penumpang itu bisa akan dicapai pada 2022. Berdasarkan hasil perhitungan, Yayan mengatakan jika maskapai melakukan adaptasi 30 persen hingga 40 persen akan berdampak lebih positif.
"Selama maskapai itu memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan kemudian daerah yang bersangkutan yaitu aman maka itu yang akan membangkitkan permintaan dari domestik penumpang," ungkap Yayan.
Yayan menegaskan, penguatan penerbangan domestik dengan protokol kesehatan menjadi hal yang sangat signifikan untuk meningkatkan permintaan. Hal tersebut menurutnya terbukti sepanjang 2020.