REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia (PTFI) disebut-sebut sudah mengantongi pakta kerja sama dengan perusahaan smleter asal China, Tsingsan untuk membangun pabrik pemurnian di Weda Bay, Halmahera Tengah. Namun, hal ini dibantah oleh Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak.
Orias menjelaskan hingga saat ini belum diputuskan lokasi pembangunan smelter Freeport. Diakuinya, di tengah penundaan pembangunan smelter Freeport di Gresik, pihaknya yang merupakan pemegang saham mayoritas Freeport mendapatkan tawaran membangun di Halmahera.
"Namun, keputusan apakah di Gresik atau Halmahera belum diambil, tapi yang pasti di Gresik tetap jalan dan sudah dikeluarkan sekitar 300 juta dolar AS," kata Orias di Komisi VIII DPR RI, Rabu (31/3).
Orias mengatakan, rencana pembangunan smelter di Halmahera itu bagian dari alternatif pembangunan smelter di Gresik. Di sisi lain, sejumlah pihak juga menginginkan adanya pembangunan smelter di tanah Papua agar lebih menguntungkan rakyat di sana.
Rencana itu masih dalam tahap pembicaraan awal dengan Pemda Papua. Bahkan, menurut Orias sudah ada pembicaraan dengan Kepala Badan Koordinator Bidang Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengenai usulan ini.
Menurut dia, Bahlil menyampaikan ada investor yang memang bersedia membiayai pembangunan smelter di Papua. Namun, pembicaraan tersebut masih awal.
"Jadi kita terbuka untuk itu selain di Gresik dan Halmahera. Itu hanya alternatif terhadap Gresik (pindah ke Halmahera). Tapi kalau dengan Papua itu (bangun smelter), sudah ada pembicaraan awal, nanti kita kelanjutannya seperti apa," kata Orias.