REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (17/3). IHSG melemah melemah 32 poin atau terkoreksi sebesar 0,51 persen menjadi 6.277,29. Sementara indeks LQ45 terkoreksi 0,37 persen.
Sektor perkebunan, perdagangan, keuangan, properti, industri konsumsi, dan pertambangan mendominasi pergerakan IHSG sehingga menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG hari ini. Investor asing membukukan pembelian bersih Rp 211 miliar.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan IHSG bergerak terbatas menjelang pertemuan dari Bank Indonesia (BI) yang rencananya akan diagendakan pada Kamis (18/3).
"Fluktuasi pergerakan pasar uang dalam beberapa hari terakhir memicu spekulasi terkait kebijakan yang akan diputuskan oleh Bank Sentral esok hari," kata Nico, Rabu (17/3).
Nico melihat penurunan pada saham perbankan yang terjadi sepanjang perdagangan hari ini memberikan tekanan pada laju IHSG. Pada hari ini, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah sejak pembukaan perdagangan dan terpantau turun 1,06 persen.
Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Negara Indonesi Tbk (BBNI) masing-masih turun sebesar 2 persen. Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi tipis 0,38 persen.
Sementara itu, pergerakan pasar saham Asia berfluktuasi menjelang pertemuan Fed yang rencananya akan dilaksanakan pada Kamis (17/3). Kenaikan dari harga emas dunia dalam satu pekan terakhir merespons potensi penurunan pada pasar saham dalam jangka waktu dekat dimana pelaku pasar mempertanyakan prospek ekonomi pasca pandemi.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen mengatakan kepada negara mitra dagangnya yaitu Korea Selatan bahwa Amerika dan Korea Selatan siap untuk memperdalam kerja sama. Amerika dan Korea Selatan berencana akan meningkatkan hubungan bilateral maupun multilateral guna menyelesaikan permasalahan regional dan juga global.
"Hal tersebut tentu dapat berdampak positif bagi pergerakan yield yang saat ini cukup memberikan kekhawatiran dari pelaku pasar," terang Nico.