REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan Barbie mencapai 1,35 miliar dolar AS pada tahun lalu. Secara global, Angka tersebut naik 16 persen dan mencatatkan penjualan terbesar sejak 2014.
Peningkatan itu dikarenakan, banyak orang tua menimbun mainan guna membantu anak-anak melewati pandemi. Pandemi telah berdampak baik bagi industri mainan. Lonjakan permintaan pun membebani rantai pasokan pada awal tahun.
Chief Executive Barbie Ynon Kreiz mengatakan, perusahaan yang juga memiliki merek mainan Hot Wheels tersebut akhirnya mampu memenuhi peningkatan permintaan luar biasa dari produknya. "Ya, industri secara keseluruhan diuntungkan lewat peningkatan permintaan terkait Covid, tetapi kami secara signifikan melampaui industri," ujar dia seperti dilansir BBC, Kamis (11/2).
Sementara, saingan berat perusahaan itu yakni Hasbro yang memiliki Nerf dan permainan papan seperti Monopoli, pada pekan ini melaporkan, penjualan sepanjang 2020 merosot 8 persen. Dengan begitu menjadi sekitar 5,4 miliar dolar AS, meskipun naik 4 persen pada kuartal terakhir.
Kemudian di Mattel, terjadi kenaikan penjualan sebesar dua persen dibandingkan tahun lalu, menjadi 4,5 miliar dolar AS lebih. Lalu naik 10 persen dalam tiga bulan terakhir.
Keuntungan pada 2020 dilaporkan sebesar 126,6 juta dolar AS. Sementara kerugiannya sebesar 200 juta dolar AS lebih pada tahun lalu.
Pada Selasa (9/2), Mattel juga mengumumkan program penghematan biaya baru. Penghematan itu akan membantu menghemat 250 juta dolar AS pada 2023.
Sehingga tidak seperti upaya sebelumnya yang berfokus pada pemotongan jejak produksi perusahaan. Kreiz mengatakan, upaya ini akan lebih luas, termasuk rencana menstandarisasi pemasaran global dan mengubah operasi ritel American Girl.
Hanya saja, Kreiz menolak berkomentar tentang PHK tertentu. "Ini lebih sedikit tentang orang dan penggajian, serta lebih banyak tentang sistem dan proses," ujar dia.