Senin 01 Feb 2021 06:37 WIB

Kemendag:Stok Kedelai Cukup Penuhi Kebutuhan Nasional

Industri tahu dan tempe akan terus berproduksi demi memenuhi kebutuhan masyarakat.

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja membuat tahu di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk olahan dari kedelai yaitu tahu dan tempe mengalami inflasi pada Desember 2020 menyusul kenaikan harga kedelai di pasar global, yaitu sebesar 0,06 persen untuk tahu mentah dan 0,05 persen untuk tempe.
Foto: Antara/Fauzan
Pekerja membuat tahu di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk olahan dari kedelai yaitu tahu dan tempe mengalami inflasi pada Desember 2020 menyusul kenaikan harga kedelai di pasar global, yaitu sebesar 0,06 persen untuk tahu mentah dan 0,05 persen untuk tempe.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra menegaskan, stok kedelai sampai saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kemendag pun menjamin, kedelai akan selalu tersedia.

Ia mengatakan, industri pengrajin tahu dan tempe akan terus berproduksi demi memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah kenaikan harga kedelai impor.  “Kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe merupakan dampak pergerakan harga  kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” jelas Syailendra melalui keterangan resmi, Ahad (31/1).

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar 13,12 dolar AS per bushels, guna penyediaan pada Januari 2021. Saat ini, harganya telah naik 4,42 persen menjadi 13,7 dolar AS per bushels, demi penyediaan kedelai pada Februari. 

Meski begitu, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periode selanjutnya. Menurut Syailendra, saat ini harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp 9.100 per kilogram (kg) sampai Rp 9.200 per kg. 

Adapun harga kedelai impor pada Februari diperkirakan menjadi  berkisar Rp 9.500 per kg di tingkat pengrajin tahu dan tempe. Kemudian, dapat terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp 600 per potong menjadi berkisar Rp 650 per potong, dan harga tempe yang sebelumnya Rp 15 ribu per kg menjadi berkisar Rp 16 ribu per kg.

Syailendra menjelaskan, terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30 persen sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020. Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen, mengingat kedelai memberikan kontribusi cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe. 

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebabnya, mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor dan dipengaruhi pergerakan harga kedelai dunia yang berdampak pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” ujar dia. 

Ia menjelaskan, Kemendag akan memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia. Baik ketika terjadi penurunan maupun kenaikan harga, tujuannya memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar masih pada tingkat wajar. 

Syailendra juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai agar terus memasok kedelai secara kontinu kepada pengrajin tahu dan tempe anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di  Puskopti provinsi maupun Kopti kabupaten/kota seluruh Indonesia. “Diharapkan produksi tahu dan tempe tetap berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement