REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan hampir seluruh negara, baik negara maju maupun berkembang mengalami dampak ekonomi yang berat saat pandemi terjadi. Mari menyebut ekonomi dunia mengalami kontraksi minus empat persen.
Menurutnya, ekonomi negara maju minus lima persen. Sementara negara sedang berkembang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade banyak yang mengalami kontraksi pada 2020.
"Mungkin hampir semua negara di dunia, terkecuali China dan Vietnam dan beberapa lagi, sedikit sekali yang tumbuh positif 2020, rata-rata semuanya negatif, ini resesi terburuk atau terparah yang dunia alami sejak perang dunia kedua," ujar Mari dalam Webinar Forum Diskusi Salemba 46 bertajuk "Outlook Perekonomian Indonesia 2021" di Jakarta, Sabtu (30/1).
Kendati begitu, Mari mengatakan perkiraan ekonomi dunia akan perlahan membaik pada tahun ini dengan tingkat pertumbuhan mencapai empat persen. Kata Mari, perkiraan tersebut menunjukan kontraksi negara-negara maju lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, namun tingkat pemulihannya lebih buruk dari perkiraan sebelumnya.
Hal ini berkebalikan dengan yang dialami negara berkembang yang mana kontraksi justru lebih parah dibandingkan perkiraan, tetapi pemulihannya sedikit lebih baik dibandingkan negara maju. Mari menilai Indonesia beruntung berada dalam kawasan yang sama dengan China dan Vietnam yang memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik.
"Mungkin juga karena krisis pandemi itu pertama di Wuhan, China, dan keluarnya lebih cepat sehingga pemulihan bisa dirasakan saat ini, sebetulnya pemulihan bisa lebih tinggi kalau tidak ada keterbatasan countainer," ucap Mari.