REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Senin (18/1) atau Selasa (19/1) pagi WIB. Penurunan harga minyak dipicu kekhawatiran atas melonjaknya kasus Covid-19 di seluruh dunia dan lambannya vaksinasi terhadap virus Corona melebihi rebound kuartalan yang lebih baik dari perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi China.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melemah 35 sen atau 0,64 persen, menjadi menetap di 54,75 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 21 sen atau 0,40 persen menjadi ditutup di 52,15 dolar AS per barel.
"Ketakutan ekonomi yang disebabkan oleh Corona, dolar AS yang lebih kuat dan sentimen investor yang lebih pesimis semuanya memainkan peran mereka dalam fakta bahwa Brent diperdagangkan sekitar tiga dolar lebih rendah dari Rabu lalu (13/1)," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Kontrak acuan minyak telah menguat dalam beberapa minggu terakhir, didukung oleh peluncuran vaksin Covid-19 dan penurunan mengejutkan dalam produksi oleh Arab Saudi. Tetapi lambannya vaksinasi telah menimbulkan keraguan tentang seberapa cepat perekonomian dapat pulih.
Seorang pejabat Inggris mengatakan peluncuran vaksin Inggris dibatasi oleh proses manufaktur yang "tidak mulus", dan Pfizer Inc mengatakan mereka mendistribusikan lebih sedikit dosis vaksinnya di Eropa pada Januari daripada yang dikontrak semula.
“Kampanye vaksinasi, meskipun sedang berlangsung, memperlambat kecepatan yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan global pada kuartal pertama dan permintaan minyak akan kembali lambat,” kata kepala pasar minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.