Senin 18 Jan 2021 08:00 WIB

Ekonomi China Pulih Lebih Cepat

Bank Sentral China akan mengurangi dukungan untuk ekonomi pada tahun ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Sepasang suami istri berjalan melalui pusat perbelanjaan di ibu kota di Beijing. Pemulihan ekonomi China kemungkinan akan menjadi lebih cepat pada kuartal keempat 2020.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemulihan ekonomi China kemungkinan akan menjadi lebih cepat pada kuartal keempat. Cepatnya pemulihan ini terutama didorong oleh permintaan yang lebih kuat di dalam dan luar negeri serta stimulus kebijakan yang diharapkan dapat memberikan dorongan yang kuat ke tahun 2021.

Angka produk domestik bruto (PDB), yang akan dirilis pada Senin (18/1) pagi, akan diawasi dengan ketat di seluruh dunia, terutama karena banyak negara terus bergulat dengan pandemi Covid-19 dan China memerangi kasus yang muncul kembali di beberapa bagian negara.

Baca Juga

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB tumbuh 6,1 persen pada Oktober-Desember dari setahun sebelumnya, melaju dari laju 4,9 persen pada kuartal ketiga.

Itu akan membawa ekspansi setahun penuhnya menjadi 2,1 persen, kemungkinan menjadikan China satu-satunya ekonomi utama yang mengalami pertumbuhan tahun lalu, tetapi masih merupakan laju terlemah negara itu dalam lebih dari empat dekade.

Dibantu oleh langkah-langkah penahanan virus yang ketat dan bantuan darurat untuk bisnis, ekonomi telah pulih dengan mantap dari penurunan tajam 6,8 persen dalam tiga bulan pertama 2020, ketika wabah Covid-19 di pusat kota Wuhan berubah menjadi epidemi besar-besaran.

Secara kuartalan, pertumbuhan kemungkinan dipercepat menjadi 3,2 persen pada Oktober-Desember dari 2,7 persen pada kuartal sebelumnya, jajak pendapat menunjukkan.

China akan merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat dan 2020 pada Senin waktu setempat (0200 GMT), bersamaan dengan output pabrik, penjualan ritel dan investasi aset tetap untuk Desember.

Data pada Kamis (14/1) menunjukkan ekspor China tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada Desember, ketika gangguan virus corona di seluruh dunia memicu permintaan barang-barang China bahkan ketika yuan yang lebih kuat membuat ekspor lebih mahal untuk pembeli luar negeri.

China juga membeli minyak mentah, tembaga, bijih besi, dan batu bara dalam volume rekor pada 2020. Analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan pulih menjadi 8,4 persen pada 2021, sebelum melambat menjadi 5,5 persen pada 2022.

Meskipun prediksi tingkat pertumbuhan tahun ini akan menjadi yang terkuat dalam satu dekade, dipimpin oleh lonjakan besar di kuartal pertama, hal itu dianggap kurang mengesankan karena berasal dari basis rendah yang ditetapkan pada 2020 saat dihantam pandemi.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement