REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Selama lebih dari dua dekade, perusahaan China telah beralih ke pasar saham Amerika Serikat (AS) untuk mengumpulkan modal dan prestise internasional. Mereka mengumpulkan setidaknya 144 miliar dolar AS dari beberapa investor terbesar dunia. Namun, saat ini, pilar integrasi China dengan sistem keuangan global semakin terancam.
Pada malam tahun baru, Bursa Efek New York (NYSE) mengatakan akan menghapus tiga perusahaan telekomunikasi milik China, termasuk China Mobile Ltd. Kebijakan ini diambil untuk melarang investasi AS di perusahaan China yang dimiliki atau dikendalikan militer.
Ini pertama kalinya bursa AS menghapus perusahaan China sebagai dampak langsung meningkatnya ketegangan geopolitik di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
NYSE mengatakan akan menghentikan perdagangan saham Amerika di China Mobile, China Telecom Corp, dan China Unicom Hong Kong Ltd sebelum 11 Januari. Dalam perintah eksekutifnya, Trump mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut termasuk yang secara langsung mendukung militer China, intelijen, dan aparat keamanan serta membantu dalam pengembangan dan modernisasi mereka.
Penghapusan perusahaan China di NYSE lebih lanjut, sebagian besar bergantung pada hubungan AS-China setelah presiden terpilih Joe Biden mulai memimpin pada akhir bulan ini.
Kebijakan penghapusan dari bursa saham AS menimbulkan dampak kecil terhadap tiga perusahaan mengingat sebagian besar perdagangan saham mereka terjadi di Hong Kong. Tapi, penghapusan tersebut menggarisbawahi risiko bagi perusahaan China dan AS akibat ketegangan antar negara adidaya yang membara.
Saham produsen minyak lepas pantai terbesar China jatuh di Hong Kong dan AS akibat spekulasi bahwa perusahaan itu mungkin akan terkena delisting.
Bisnis tanpa hubungan militer juga rentan setelah Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang dengan dukungan bipartisan pada bulan lalu yang dapat menendang perusahaan China dari bursa AS kecuali regulator AS dapat meninjau audit keuangan mereka.