Kamis 31 Dec 2020 11:49 WIB

China Kenakan Denda Terhadap Raksasa Teknologi

Beijing keluarkan aturan anti monopoli oleh perusahaan teknologi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Regulator pasar China mengatakan, mereka telah mengenakan denda terhadap JD.Com Inc, Alibaba's Tmall, dan Vipshop. Masing-masing didenda sebesar 500 ribu yuan atau sekitar 76.657 dolar AS.
Foto:

Sebelumnya, Ant Group telah dijegal untuk meraksasa. Sebagaimana diketahui, IPO perusahaan Jack Ma, Ant Financial, fintech milik Jack Ma telah dihentikan. 

Hal ini karena pemerintah China dinilai tak ingin perusahaan teknologi di negaranya menjadi sangat meraksasa seperti di Amerika Serikat (AS).

Beberapa waktu lalu, Jack Ma bahkan mengkritik terang-terangan regulasi keuangan China hingga membuat pemerintah China bertindak. Alhasil, berbagai regulasi baru pun diterapkan, bahkan China mengeluarkan mata uang digital yuan.

China telah menyadari bahwa upaya memperlonggar regulasi dan membiarkan kompetisi tanpa banyaknya aturan akan membuat raksasa teknologi tersebut terlalu berkuasa hingga mendominasi. Mereka tak ingin terjebak seperti Amerika.

"25 tahun yang lalu, perusahaan teknologi Amerika mengambil risiko dan merusak model bisnis yang sudah ada. Saat ini, mereka adalah layanan publik yang baru, meraih pendapatan dari monopoli mereka dengan mengontrol pasar. China ingin menghindari jebakan Amerika," ujar pakar ekonomi David Goldman.

Seperti Apple di Amerika, Apple sangat kaya dengan uang tunai bahkan telah membeli kembali 327 miliar dolar AS sahamnya sejak tahun 2012. Itulah mengapa harga sahamnya naik 82% dalam enam tahun terakhir meskipun pendapatan operasinya hampir tidak berubah.

Lalu, Facebook, Google ataupun Amazon begitu menguasai pasar di AS. Bahkan, 70 persen dari semua pendapatan iklan digital, masuk ke Facebook dan Google, yang melumpuhkan media independen Amerika untuk mendapatkan pendapatan iklan.

Alhasil, kini Facebook dan Google telah digugat oleh regulator karena dianggap menyalahgunakan posisi dominan untuk menekan para kompetitor yang lebih kecil.

"Perusahaan teknologi China pun sudah sangat powerful. Alibaba dan JD.com menguasai 75% e-commerce. WeChat milik Tencent menangani 60% dari seluruh pembayaran di China," ucap Jean Dominique Seval, direktur Soon Consulting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement