REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sumber daya manusia (SDM) bidang ekonomi syariah diharapkan bisa menjawab tantangan tak hanya masa kini tapi juga di masa depan.
Ketua Dewan Pengawas Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, dengan potensi ekonomi syariah yang besar, Indonesia harusnya malu jika tidak jadi pemain utama. "Kalau hanya cari jawaban untuk tantangan saat ini, nanti lima tahun kita ketinggalan lagi," kata Wimboh dalam Sharia Business and Academic Sinergy (SBAS) 2020 yang dilaksanakan virtual, Selasa (29/12).
Selama ini, OJK mengarahkan fokus keuangan syariah pada sisi retail dan UMKM. Maka dari itu, industri keuangan syariah bisa berkembang lebih baik dari konvensional dalam hal pertumbuhan, termasuk di masa krisis. Kedua sektor tersebut lebih cepat pulih selain juga karena mayoritas umat Islam berada di sana.
Per Oktober 2020, total aset keuangan syariah mencapai Rp 1.741,87 triliun atau naik 21,19 persen, tidak termasuk saham syariah. Pangsa keuangan syariah sendiri masih kisaran 7-9 persen. OJK punya cita-cita pangsanya mencapai 20 persen sehingga perlu lebih banyak upaya strategis yang dilakukan.
Tidak hanya dari sisi strategi bisnis tapi juga SDM yang harus jadi perhatian dari para pelaku industri. Agar bisa menjawab tantangan di masa depan, khususnya pada masa pascapandemi Covid-19.
Wimboh mengatakan, menjawab tantangan di masa depan di antaranya dengan teknologi. Teknologi juga bisa jadi katalis perkembangan ekonomi syariah dengan menyasar segmen mikro. "Indonesia adalah negara kepulauan yang luas sehingga keterbukaan akses bisa diraih dengan teknologi," kata dia.
Selanjutnya, peningkatan literasi dan inklusi yang bisa melancarkan penetrasi pada sejumlah segmen masyarakat.
Tantangan lainnya, menurut Wimboh adalah terbatasnya variasi produk dari industri syariah. Diharap dengan teknologi maka jumlah produk akan semakin banyak. Semuanya itu perlu dukungan dari pengembangan SDM yang unggul.
Wimboh mengatakan, OJK sangat terbuka dengan berbagai sinergi untuk program peningkatan kapasitas SDM. Selain melakukan kerja sama dengan pemangku kepentingan domestik, OJK juga membuka kesempatan untuk sinergi secara internasional.
"Kita punya banyak rekanan, seperti Islamic Development Bank, Dubai Financial Service Authority, Islamic Financial Services Board, mereka terbuka lebar untuk jadi hub kita, jadi guru kita dalam pengembangan produk syariah," ungkap Wimboh.
Kolaborasi juga dilakukan antar universitas di dalam dan luar negeri sehingga misi Indonesia jadi pusat keuangan syariah dunia bisa diraih. Selain itu, OJK juga berupaya dengan sistem sertifikasi keahlian syariah agar pelaku industri menjadi SDM yang mumpuni.