Selasa 22 Dec 2020 17:51 WIB

Semangat Jadi Kunci Bertahan

Peningkatan yang ada Sunarso syukuri meski ia sempat ingin menyerah.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Suroso (kanan) menceritakan kisah produksi Mie Langgeng yang berusaha bertahan di tengah pandemi.
Foto: Republia/Lida Puspaningtyas
Suroso (kanan) menceritakan kisah produksi Mie Langgeng yang berusaha bertahan di tengah pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 bagai dua sisi mata uang yang mengingatkan kembali bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Seberapa pun terpuruknya keadaan, selalu ada alasan untuk kembali bangkit. 

Setidaknya itu yang dirasakan Suroso (44 tahun), produsen mie ayam dan pangsit yang 'dipaksa' mengeluarkan seluruh kemampuannya di tengah pandemi. "Mau bagaimana lagi, ya mau tidak mau harus tetap semangat," kata Suroso saat ditemui di tempat produksi Mie Langgeng, Depok, Jawa Barat, Selasa (22/12).

Baca Juga

Usaha mie ayamnya sempat terpuruk pada Februari hingga April, saat pandemi mulai menyerang. Suroso mengatakan, saat itu, produksi sama sekali tidak berjalan. Padahal ia punya rencana menambah jangkauan pasar dengan 40 gerobak baru di tahun ini.

Tidak punya biaya operasional mumpuni membuatnya hanya bisa merealisasikan sekitar 22 gerobak baru hingga akhir tahun. Ini pun disyukurinya, karena sebelum itu, ia sempat ingin menyerah.

"Tapi saya diskusi dengan para karyawan, mereka mau bersama-sama melalui ini, jadi ya tetap harus berusaha," kata dia.

Kondisi pandemi membuatnya kehilangan omzet dan keuntungan. Ia sempat mengurangi gaji 10 karyawannya hingga 30 persen saat kondisi sangat landai. Saat mulai membaik, ia merelakan pengurangan keuntungan sekitar 20 persen demi menormalkan kembali gaji karyawan.

Suroso juga memutar otak agar bisa menjangkau area baru sehingga bisa menambah kantong pendapatan. Gerobak-gerobak barunya dialokasikan di wilayah Bekasi, Jakarta, dan Serpong untuk menarik pelanggan baru. Hingga kini, produksi mulai naik kembali meski belum normal.

Setiap harinya, Mie Ayam Langgeng kini produksi hingga sekitar 375 kilogram mie ayam. Pada kondisi normal, biasanya produksi lebih banyak 20 persen. Omzet Mie Langgengnya sudah mulai merangkak dan mencapai sekitar Rp 117 juta - Rp 200 juta per bulan.

"Saya berusaha menekan biaya operasional seketat mungkin dan tetap mencari pasar baru, mau tidak mau itu awalnya merogoh kocek yang sangat dalam," ungkap Suroso.

Suroso juga merupakan salah satu nasabah yang mengajukan restrukturisasi pembiayaan di Mandiri Syariah untuk meringankan beban operasional. Program pemerintah ini, menurut dia, membantunya bernafas lebih lega. Portofolio pembiayaan mikronya pun sudah mulai kembali normal.

Micro Banking Development and Strategic Alliances Departement Head Mandiri Syariah, Yennie Aprilia Setiawan mengatakan Suroso merupakan nasabah mikro yang berkomitmen pada pembiayaannya. Pria asli Palembang itu mengajukan pinjaman pada 2019 dan mendapat plafon Rp 51 juta untuk pembelian alat produksi juga ekspansi pasar.

"Pak Suroso ini termasuk yang portofolionya lancar meski di tengah pandemi, maka kita jaga sekali karena sudah layak untuk penambahan fasilitas," kata Yennie.

Yennie mengatakan profil nasabah mikro yang baik sangat memungkinkan untuk naik kelas. Suroso merupakan salah satu yang ditargetkan menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun depan. Setelah bergabung dengan dua bank syariah lainnya, Bank Syariah Indonesia juga akan menjadi penyalur KUR.

Dengan demikian, plafon pembiayaan nasabah akan lebih besar hingga maksimal Rp 500 juta dan cicilan jadi lebih murah. Bank Syariah Indonesia akan mencari champion atau nasabah-nasabah terpilih untuk sektor UMKM yang dikembangkan lebih terintegrasi.

Selain itu, penyaluran KUR pun bisa lebih masif oleh BSI. Yennie mengakui penyaluran pembiayaan tahun ini terdampak signifikan menjadi sangat hati-hati. Pemberian pinjaman dilakukan secara selektif pada nasabah tertentu.

"Kita kendalikan dari sisi kualitasnya, karena Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kemarin juga sempat bengkak karena dampak Covid-19," ucap Yennie.

Restrukturisasi juga menjadi cara untuk menjaga profil nasabah yang baik tersebut. Tahun depan diharapkan kondisi telah mulai normal, sehingga lebih banyak UMKM bisa menerima manfaat dari berbagai program yang dihadirkan oleh Bank Syariah Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement