REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puncak kenaikan harga telur diproyeksi terjadi pada akhir bulan ini. Kondisi tersebut merupakan proyeksi terakhir dari Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian yang sebelumnya memproyeksikan kenaikan harga telur dan daging ayam ras akan naik hingga Januari mendatang.
Kepala Bidang Harga Pangan, Kementan, Inti Pertiwi, mengatakan, harga telur ayam diperkirakan akan mulai menurun pada awal bulan depan.
"Puncak tertinggi di Desember, lalu trennya mulai menurun. Walau masih tinggi, tapi tidak setinggi di Desember," kata Inti kepada Republika.co.id, Senin (21/12).
Ia menuturkan, BKP Kementan akan terus melakukan perbaruan data terbaru. Inti menegaskan, setiap terdapat series data terbaru, pola pergerakan harga pangan akan berubah.
Mengacu pada data terakhir BKP Kementan, secara nasional telur ayam di tingkat produsen akan mencapai harga tertinggi pada pekan keempat dan kelima bulan ini. Yakni pada rentang harga Rp 24 ribu - Rp 25 ribu per kilogram (kg).
Adapun pada tingkat produsen harga yang harus dibayarkan konsumen sekitar Rp 28 ribu per kg. Tren harga kemudian akan mulai menurun pada bulan Januari dan Februari kemudian kembali mengalami sedikit peningkatan pada Maret 2021.
Adapun harga riil telur ayam hingga Jumat (18/12) pekan lalu berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) sebesar Rp 28.450 per kg. Harga tersebut terus mengalami peningkatan sejak awal pekan lalu.
Inti mengatakan, kenaikan harga telur ayam ras tidak terlepas dari dampak pemangkasan produksi di tingkat produsen yang tengah dilakukan untuk menyelamatkan peternak.
Di satu sisi, terdapat tren kenaikan permintaan menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru sekaligus adanya masa liburan sekolah. Dua situasi itu menjadi pemicu utama naiknya harga telur dan daging ayam ras di tingkat konsumen.