REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan asuransi baru, Indonesia Financial Group (IFG) Life, sebaiknya memprioritaskan pembenahan migrasi nasabah eks Jiwasraya menjadi nasabah IFG Life dalam jangka pendek. Pemberesan data ini akan memudahkan pengaturan tempo terkait tenor jatuh tempo nasabah eks Jiwasraya.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan, prioritas lainnya dalam jangka pendek paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada. "IFG Life bisa sekaligus menembus pasar baru yang bisa dikultivasi dari pasar kaptif BUMN, terutama aliansi dengan BUMN segmen retail besar seperti Telkom, PLN, KAI atau BTN," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (9/12).
Toto menilai injeksi ekuitas dari pemerintah juga bisa dipakai sebagai pengembangan tahap awal produk-produk digital dari IFG Life (Insurtech). Sebab, persaingan industri asuransi jiwa masa depan sangat tergantung dari kesiapan perusahaan untuk go digital.
Toto berharap IFG Life ke depan bukan saja akan berhasil membereskan restrukturisasi nasabah eks Jiwasraya, tapi juga mampu merebut pasar baru asuransi jiwa domestik.
"Karena kombinasi kekuatan sinergi BUMN maupun kekuatan IFG Life sebagai insurtech yang responsif terhadap kebutuhan pasar," kata Toto.
Wacana IFG menjadi pemain besar pada industri asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia sendiri mulai memperlihatkan sinyal yang kuat. Hal ini semakin terlihat ketika pemerintah bersama jajaran Komisi VI DPR RI telah menyetujui Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 22 triliun kepada IFG untuk mendirikan perusahaan asuransi baru bernama IFG Life.