Senin 30 Nov 2020 09:11 WIB

Produksi Pabrikan Jepang Meningkat, Ekonomi Semakin Pulih

Pemulihan ekonomi Jepang didorong lonjakan konsumsi swasta dan permintaan luar negeri

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Produksi industri Jepang naik selama lima bulan berturut-turut pada Oktober. Peningkatan produksi mesin dan mobil yang kuat menjadi faktor penyebab utamanya.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Produksi industri Jepang naik selama lima bulan berturut-turut pada Oktober. Peningkatan produksi mesin dan mobil yang kuat menjadi faktor penyebab utamanya.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Produksi industri Jepang naik selama lima bulan berturut-turut pada Oktober. Peningkatan produksi mesin dan mobil yang kuat menjadi faktor penyebab utamanya. Tren ini menunjukkan bahwa ekonomi Jepang semakin pulih dari kerusakan yang disebabkan oleh krisis kesehatan pandemi Covid-19.

Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu rebound tajam pada kuartal ketiga dari kemerosotan yang disebabkan pandemi. Seperti dilansir di Reuters, Senin (30/11), pemulihan itu dikarenakan rekor lonjakan konsumsi swasta dan permintaan luar negeri yang lebih kuat, sehingga mendorong kinerja ekspor dan output.

Baca Juga

Data resmi yang dirilis pada Senin menunjukkan, output pabrikan Jepang melonjak 3,8 persen pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya. Khususnya karena kekuatan dalam produksi mesin secara umum dan manufaktur kendaraan bermotor.

Kenaikan solid tersebut mengalahkan perkiraan pasar median dari kenaikan 2,1 persen dalam jajak pendapat ekonom Reuters, dan sejalan dengan kenaikan 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

Produsen yang disurvei oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) memperkirakan, produksi akan tumbuh 2,7 persen lagi pada bulan depan dan turun 2,4 persen pada Desember.

Pemerintah mempertahankan proyeksinya terhadap industri tidak berubah dan optimistis, kinerjanya akan terus meningkat.

Data terpisah menunjukkan, penjualan ritel membukukan kenaikan pertama mereka dalam delapan bulan pada Oktober secara tahunan (year on year). Tren ini terjadi setelah konsumen secara tajam membatasi pengeluaran pada Oktober 2019 seiring dengan kenaikan pajak penjualan pada saat itu.

Penjualan ritel melonjak 6,4 persen tahunan (yoy) pada Oktober, menyamai kenaikan 6,4 persen yang sudah diproyeksikan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters dan berbalik dari penurunan 8,7 persen di bulan sebelumnya.

Beberapa analis khawtir, pemulihan ekonomi akan kehilangan kekuatan. Kebangkitan kembali infeksi virus corona di dalam dan luar negeri diproyeksikan akan membebani permintaan karena pelambatan aktivitas perusahaan dan konsumen.

Perdana Menteri Yoshihide Suga menginstruksikan kabinetnya awal bulan ini untuk menyusun paket langkah-langkah stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi negara. Paket tersebut diharapkan menargetkan perubahan struktural, mendukung investasi lingkungan dan meningkatkan produktivitas melalui digitalisasi.

Anggota parlemen partai yang berkuasa telah meminta anggaran tambahan senilai sekitar 20 triliun yen hingga 30 triliun yen (192,05 miliar dolar AS sampai 288,07 miliar dolar AS). Anggaran ini akan mendanai sebagian dari paket stimulus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement