REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Institute Development for Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, peningkatan daya saing merupakan kunci utama agar Indonesia bisa mengambil peluang dari pemulihan ekonomi global. Sebab, Indonesia memiliki banyak pesaing yang kini juga sedang bersiap-siap menangkap peluang tersebut.
Salah satu pesaing yang patut diperhatikan adalah Vietnam. Bhima menjelaskan, Vietnam kini sudah menunjukkan berbagai perbaikan setelah tertekan akibat pandemi Covid-19. "Kita perlu tingkatkan daya saing produk kalau memang ingin bersaing," tuturnya dalam Webinar Market Outlook 2021, Selasa (17/11).
Urgensi itu semakin tinggi dengan potensi peningkatan ekspor ke Amerika Serikat (AS) setelah Joe Biden terpilih menjadi presiden. Bhima menjelaskan, kebijakan ekonomi yang ditempuh Biden atau dikenal dengan sebutan Bidenomics kemungkinan akan bersifat lebih terbuka ke negara lain dibandingkan pemerintahan Donald Trump.
Berdasarkan Revealed Comparative Advantage (RCA) yang dikutip dari Bank Dunia, Bhima menuturkan, Indonesia hanya unggul lima dari 14 poin dibandingkan Vietnam. Misalnya saja peternakan. Hal ini diwajari mengingat lahan peternakan di Vietnam jauh lebih terbatas dibandingkan Indonesia.
Keberadaan bahan baku mentah di Indonesia pun lebih unggul dibandingkan Vietnam. Selain itu, ada aspek barang penolong, kimia dan farmasi serta kayu yang menjadi nilai lebih Indonesia.
Hanya saja, masih banyak poin Indonesia yang tertinggal dari Vietnam. Khususnya, barang-barang bernilai tambah seperti alas kaki, produk makanan jadi dan barang elektronik. "Ini jadi PR ke depannya, tahun 2021, untuk sambut Bidenomics yang sebenarnya banyak positif bagi regional dan global. Kita harus manfaatkan untuk penetrasi ekspor sebanyak-banyaknya," ucap Bhima.
Peningkatan daya saing yang dapat dilakukan Indonesia adalah memperhatikan sertifikasi pro lingkungan hidup. Sebab, menurut Bhima, Bidenomics akan membuat sertifikasi organik dan sertifikasi terkait lingkungan hidup hingga sertifikasi kesehatan diterapkan secara lebih disiplin terhadap produk-produk ekspor. Tidak terkecuali Crude Palm Oil (CPO) dan kopi asal Indonesia.
Bhima menyebutkan, sertifikasi lingkungan hidup ini harus mulai jadi perhatian pemerintah dan pemangku kepentingan Indonesia. Ke depannya, produk-produk yang ditawarkan di ritel AS bisa saja harus melalui proses audit terlebih dahulu secara ketat. Termasuk aspek pembukaan lahan baru dan kerusakan lahan untuk produksi produk tersebut.
Oleh karena itu, Bhima mengatakan, perusahaan Indonesia sebaiknya diwajibkan memiliki standarisasi terkait sertifikasi perusahaan sawit berkelanjutan seperti Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) ataupun Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).