REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi syariah global diproyeksikan turun delapan persen pada 2020 karena pandemi Covid-19. The State of Global Islamic Economy Report 2020/2021 memperkirakan bahwa warga Muslim membelanjakan 2,02 miliar dolar AS di 2019 untuk sektor makanan, produk farmasi, kosmetika, fesyen, perjalanan dan media/rekreasi.
Tingkat pengeluaran ini mencerminkan pertumbuhan 3,2 persen (yoy). Di samping itu, aset keuangan syariah diperkirakan telah mencapai 2,88 triliun dolar AS di tahun 2019. Pandemi ini diramalkan akan menyebabkan delapan persen penurunan dalam pengeluaran warga Muslim global di 2020.
Seluruh sektor-sektor tersebut, kecuali pariwisata, diperkirakan akan kembali ke tingkat pengeluaran pra-pandemi di akhir 2021. Pengeluaran warga Muslim diperkirakan akan mencapai 2,3 triliun dolar di 2024 pada Tingkat Pertumbuhan Kumulatif Tahunan (CAGR) 3,1 persen.
Sektor yang paling terdampak oleh Covid-19 adalah pariwisata yang kontraksi hingga 70 persen, diikuti oleh farmasi sebesar -6,9 persen, media dan rekreasi sebesar -3,7 persen, fashion -2,9 persen, kosmetik sebesar -2,5 persen, dan makanan halal -0,2 persen.
CEO and Managing Director DinarStandard, Rafi-uddin Shikoh menyampaikan masih ada peluang tumbuh tahun depan. Khususnya di bidang investasi. Meskipun investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) global tertekan, investasi pemerintah mendorong kegiatan ekonomi.
"Pada tahun 2019/2020 jumlahnya tumbuh 13 persen (yoy) jadi 11,8 miliar dolar AS, dan Indonesia menduduki posisi pertama secara global untuk investasi," katanya. Proyeksi FDI Global merosot hingga 40 persen pada 2020. Penurunan diproyeksi terus berlanjut hingga 5-10 persen pada 2020 dan mulai pulih pada 2022.