REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan, pertumbuhan sektor pertanian yang masih tetap positif cukup menggembirakan. Namun, di sisi lain, jika dilihat lebih riil, belum semua subsektor ikut merasakan laju positif.
Said mengatakan, petani sayur dan peternak dalam beberapa bulan terakhir masih menghadapi situasi yang sulit. Hal itu lantaran berkurangnya permintaan sehingga hasil produksi tidak maksimal terserap dan menjatuhkan harga pasar.
"Pertumbuhan ekonomi itu kan agregasi angka, tapi realitasnya, di petani banyak persoalan seperti pendapatan mereka yang terus tergerus," ujarnya.
Hal itu tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) untuk subsektor hortikultura yang mengalami penurunan sepanjang Juli-September 2020. NTP petani hortikultura pada Juli turun 0,74 persen, Agustus kembali menurun 1,98 persen, dan September turun 0,43 persen.
Sementara, untuk subsektor peternakan, pada Juli lalu masih mengalami kenaikan 1,68 persen. Namun, memasuki Juli-September, masing-masing turun 1,31 persen dan 0,63 persen.
Said mengatakan, perbaikan pendapatan petani baru terjadi pada Oktober atau kuartal IV tahun ini. Hal itu didorong oleh adanya perbaikan jalur distribusi pangan dari pusat sentra ke perkotaan. Itu terlihat dari adanya perbaikan NTP namun khusus untuk hortikultura yang naik 2,10 persen. Adapun peternakan kembali mengalami penurunan 0,27 persen.
Said mengatakan, laju Nilai Tukar Petani secara umum sejak Juni 2020 konsisten mengalami kenaikan. Namun, ia menduga, kenaikan NTP itu bukan dikarenakan meningkatnya pendapatan petani, tapi karena petani mengurangi pengeluaran demi antisipasi dampak Covid-19. Hal itu, kata Said, alhasil bisa membuat penghitungan NTP meningkat.