REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Aktivitas sektor jasa China kembali menunjukkan pemulihan pada bulan lalu. Tren ini sudah berlangsung selama enam bulan berturut-turut. Tingkat perekrutan meningkat ke level tertinggi dalam setahun, namun permintaan luar negeri menunjukkan penurunan.
Indeks Manajer Pembelian/ Purchasing Manager Index (PMI) jasa Caixin/ Markit Cina naik menjadi 56,8 dari 54,8 pada September. Seperti dilansir di Reuters, Rabu (4/11), level ini menjadi tingkat tertinggi sejak Juni. PMI bulan lalu juga menunjukkan, aktivitas di sektor jasa berkembang dengan laju tercepat sejak 2013.
Sektor jasa yang menyumbang sekitar 60 persen ekonomi China dan setengah dari pekerjaan di perkotaan semula mengalami pemulihan lebih lambat dibandingkan sektor manufaktur. Tapi, pemulihannya meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir.
Permintaan domestik mendorong aktivitas jasa. Di sisi lain, survei menunjukkan, bisnis ekspor baru yang diterima oleh perusahaan jasa China tergelincir lebih jauh ke dalam jurang kontraksi pada Oktober, pada tingkat tercepat sejak Juli.
Ekonom senior di Caixin Insight Group Wang Zhe menjelaskan, permintaan luar negeri yang tertekan tidak terlepas dari gelombang lanjutan penyebaran virus corona di banyak negara. "Gelombang kedua infeksi virus corona di Eropa dan ketiga di AS secara signifikan menekan permintaan luar negeri China," katanya.
Tapi, sisi ketenagakerjaan menunjukkan hasil positif. Survei memperlihatkan, perusahaan mempekerjakan lebih banyak orang untuk bulan ketiga secara berturut-turut dan dengan laju tercepat sejak September 2019. Tren ini menunjukkan pemulihan sudah menguat di pasar tenaga kerja yang terpukul keras pada awal tahun akibat kebijakan untuk menekan penyebaran virus corona.
Perusahaan jasa sangat optimistis tentang prospek bisnis. Sub indeks kepercayaan pada tahun ini naik ke level terkuat sejak 2012.
Banyak faktor yang mendukung pemulihan jasa China. Permintaan yang sempat tertahan kini mulai muncul kembali. Selain itu, perluasan infrastruktur terus diberlakukan seiring dengan pemberian stimulus pemerintah dan bank sentral. Ekspor yang secara mengejutkan menunjukkan kinerja positif turut membantu pemulihan Negeri Tirai Bambu.
Hanya saja, ketidakpastian masih terus menghantui China. Di antaranya karena banyak negara Barat harus berperang menghadapi lonjakan baru dalam virus corona. Beberapa negara bahkan harus kembali melakukan lockdown.
Wang menyebutkan, pemulihan lanjutan dari ekonomi China akan terus terjadi dalam beberapa bulan mendatang. "Tapi, perlu berhati-hati mengenai normalisasi kebijakan moneter dan fiskal dalam periode pasca pandemi," tuturnya.