REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Boeing akan memangkas 7.000 pekerjaan lagi karena kerugiannya meningkat saat pandemi. Produsen pesawat AS ini sebelumnya telah mengumumkan pemangkasan pekerjaan secara besar-besaran.
Kini, Boeing mengatakan stafnya akan turun menjadi hanya 130 ribu pada akhir tahun depan. Jumlah ini 20 persen lebih rendah dibandingkan 160 ribu yang dipekerjakannya sebelum krisis.
Pandemi virus corona dan kekhawatiran keamanan tentang jet 737 Max-nya telah berkontribusi pada penurunan pesanan pesawat. Perusahaan membukukan kerugian 466 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,8 triliun selama tiga bulan hingga 30 September. Dilansir dari BBC, Kamis (29/10) angka ini adalah penurunan kuartalan keempat berturut-turut.
Namun, Boeing menegaskan kembali ekspektasinya bahwa pengiriman 737 Max AS akan dilanjutkan sebelum akhir tahun, meskipun dengan tingkat produksi yang sangat berkurang. Armada tersebut telah dilarang terbang sejak Maret 2019 setelah 346 orang tewas dalam dua kecelakaan udara terpisah.
Pandemi menambah krisis, menyebabkan penurunan besar dalam perjalanan udara. Ini pun mendorong maskapai penerbangan besar ke ambang kebangkrutan. Masalapai terpaksa memangkas staf dan membatalkan rencana untuk pesawat baru.
Akibatnya, Boeing memangkas produksi dan juga memangkas pekerjaan. Perusahaan mengumumkan pengurangan 10 persen pekerjaan musim semi ini dan memperingatkan kemungkinan pemotongan yang lebih besar. Boeing tidak mengharapkan perjalanan kembali ke tingkat sebelum krisis sampai sekitar 2023.
Pendapatan Boeing turun 30 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini, menjadi 42 miliar dolar AS.
Presiden dan CEO Boeing Dave Calhoun mengatakan pandemi terus menambah tekanan pada bisnis pesawat.
"Portofolio kami yang beragam, termasuk layanan pemerintah kami, program pertahanan dan luar angkasa, terus memberikan stabilitas bagi kami saat kami beradaptasi dan membangun kembali sisi lain dari pandemi," kata Calhoun.
Pembuat pesawat itu mengatakan sedang membuat kemajuan yang stabil menuju pengembalian yang aman ke layanan 737 Max, termasuk sertifikasi ketat yang dilakukan oleh regulator AS, Kanada dan Uni Eropa. Jet itu sekarang telah menyelesaikan sekitar 1.400 penerbangan uji coba dan lebih dari 3.000 jam terbang.