REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid-19 berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat (Jabar). Hal itu, terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada kuartal II terkontraksi minus 5,98 persen.
Menurut Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat Triana Gunawan, dibutuhkan banyak cara untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Triana mengatakan, ia cukup optimistis pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat bisa recovery dengan cepat. Salah satu indikatornya, melihat kinerja industri keuangan di Jawa Barat masih bisa bertahan dengan baik di tengah pandemi Covid-19.
"Tapi kalau kita melihat kinerja industri keuangan kita, khususnya perbankan, tumbuh, aset masih tumbuh dan kredit masih tumbuh walaupun di bawah dua persen," ujar Triana dalam webinar berjudul "Communication & Costumer Acquisition in Pandemic Era", Rabu (14/10).
Selain itu, optimistis Triana terkait percepatan pemulihan ekonomi di Jawa Barat juga terindikasi dari mulai dibukanya ruang relaksasi terhadap berbagai usaha termasuk pada industri jasa keuangan. "Kita masih ada harapan untuk recovery, kenapa bisa tumbuh? Kalau kita lihat, adanya relaksasi dari OJK dan pemerintah, kita masih ada harapan perbaikan ekonomi lebih baik," katanya.
Triana mengatakan, di tengah pandemi ini, dibutuhkan kemampuan komunikasi yang berbeda untuk meraih peluang bisnis ke depan. Oleh karenanya, sekaligus memperingati bulan inklusi keuangan, Triana menggelar acara ini untuk meningkatkan kemampuan komunikasi bisnis yang baik.
"Komunikasi untuk meraih peluang ke depan, oleh karena itu, mudah-mudahan apa yang kita lakukan bisa bermanfaat, untuk pemulihan ekonomi kita semakin cepat," katanya.
Dalam pemaparannya, Founder dan Main Facilitator of Talkinc, Erwin Parengkuan menjelaskan, kemampuan komunikasi dalam mengembangkan bisnis sangat penting. Terlebih di tengah pandemi Covid-19.
"Sekarang pola komunikasi sudah berbeda, sekarang 8 detik pertama komunikasi tidak menarik, pendengar sudah pasti langsung pegang handphonenya," katanya.
Sehingga, kata dia selain kemampuan komunikasi yang baik yang didukung dengan data yang kaya, penampilan pun menjadi penentu first impression. "Sekarang kalau saat bertemu klien tapi penampilan tidak merepresentasikan, bagaimana orang bisa yakin," katanya.
Kemudian, kata dia, kemampuan adaptasi dengan klien pun sangat penting. Bagaimana melihat peluang di dalam diri lawan bicara, sehingga bisa menyesuaikan diri dalam kesempatan komunikasi.
Ia memandang, dalam menjalankan bisnis, komunikasi menjadi faktor penentu keberhasilan. Sehingga ia mengajak semua pelaku usaha untuk pandai dalam meraih peluang bisnis melalui kemampuan komunikasi yang baik. Apalagi saat ini di tengah pandemi dimana banyak orang lebih memilih menyimpan uangnya dari pada membelanjakannya.