REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para aktivis penghapusan perbudakan utang meminta Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menjual sebagian dari simpanan emasnya guna menutupi pembayaran utang negara-negara termiskin di dunia selama 15 bulan ke depan. Dengan krisis utang dunia berkembang dan menjulang tinggi dalam agenda pertemuan tahunan IMF minggu ini, Jubilee Debt Campaign (JDC) mengatakan penjualan emas akan membantu negara-negara yang paling rentan mengatasi guncangan Covid-19 dan membuka jalan bagi kesepakatan utang yang lebih luas.
IMF memiliki simpanan emas sebanyak 90,5 juta ons atau 2.814 metrik ton, yang bernilai sekitar 175 miliar dolar AS (Rp 2.574 triliun) dengan harga saat ini, dilansir di The Guardian, Senin (12/10). Kenaikan tajam harga logam mulia sejak awal tahun 2020 membuat nilai cadangan emas IMF telah meningkat sebesar 38 miliar dolar AS (Rp 558,9 triliun).
JDC mengatakan menjual kurang dari 7 persen cadangan emas yang dimiliki IMF akan menghasilkan keuntungan 12 miliar dolar AS (Rp 176,5 triliun), yang cukup untuk membatalkan utang 73 negara termiskin hingga akhir 2021.
Dengan melepas cadangan kurang dari 7 persen, IMF masih memiliki cadangan emas senilai 26 miliar dolar AS (Rp 382,43 triliun). Jumlah tersebut lebih banyak dari posisi cadangan emas IMF di awal tahun ini.
Baik IMF dan Bank Dunia, telah mengidentifikasi perlunya rencana keringanan utang yang komprehensif untuk negara-negara miskin, yang mencakup utang kepada pemerintah, organisasi multilateral, dan sektor swasta.
JDC mengatakan penjualan emas akan bertindak sebagai katalis untuk kesepakatan utang yang luas dan membantu meyakinkan China, kreditor besar, bahwa mereka tidak akan diminta untuk memikul bagian yang tidak proporsional dari upaya bantuan.
Direktur JDC Sarah-Jayne Clifton mengatakan bahwa ada ketidaksetaraan yang sangat besar dalam sumber daya yang tersedia bagi negara-negara untuk membantu mereka mengatasi krisis Covid-19. "Negara-negara miskin sama sekali tidak memiliki moneter dan alat lain yang bisa mereka gunakan seperti yang digunakan negara kaya untuk menjaga perekonomian mereka tetap bertahan," kata Clifton.
Menurut Clifton, IMF memiliki alat dan sumber daya untuk membantu menutup celah ini. Sekarang IMF memiliki kemampuan untuk membuka skema pembatalan pembayaran utang yang komprehensif yang dapat menyelamatkan negara-negara termiskin dari jeratan utang senilai 180 miliar dolar AS dalam empat tahun ke depan.
"Ini akan berdampak besar, membantu negara-negara miskin untuk mengatasi krisis ekonomi dan kesehatan saat ini dan mendukung pemulihan ekonomi mereka yang lebih cepat di tahun-tahun mendatang," ujarnya menambahkan.
Selain menggunakan keuntungan dari penjualan emas, JDC mengatakan negara-negara kaya harus siap menggunakan kemampuan IMF untuk menciptakan aset cadangan, yang dikenal sebagai hak penarikan khusus, untuk membatalkan utang negara-negara miskin.
Hak penarikan khusus (Special Drawing Right/SDR) terakhir kali digunakan oleh IMF selama krisis keuangan 2008-2009. Penerbitan SDR ini akan meningkatkan aset cadangan setiap negara anggota IMF. JDC mengusulkan bahwa negara-negara kaya harus menyisihkan 9 persen dari setiap penerbitan SDR untuk membantu negara-negara miskin.
Meski Amerika Serikat (AS) memblokir penerbitan SDR tetapi JDC yakin ada kemungkinan perubahan keputusan setelah pemilihan presiden bulan depan. JDC mengatakan kombinasi penjualan emas dan SDR akan meningkatkan jumlah yang cukup untuk membatalkan semua utang negara-negara termiskin kepada organisasi multilateral, termasuk IMF dan Bank Dunia, hingga 2024. Ini akan menghemat 70 miliar dolar AS untuk negara-negara tersebut.
Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan bahwa cadangan emas memberikan kekuatan fundamental pada neraca IMF, memungkinkan IMF untuk memberikan pinjaman dengan aman dan dengan biaya rendah kepada negara-negara anggotanya.
"Hal ini sangat penting saat ini, ketika IMF memberikan dukungan yang sangat besar untuk keanggotaannya, termasuk negara-negara anggota termiskin, dalam konteks pandemi Covid-19. IMF tidak berencana menjual cadangan emasnya saat ini," kata Rice.
Menurut Rice, IMF telah menyetujui pembiayaan darurat lebih dari 10 miliar dolar AS untuk 47 negara berpenghasilan rendah sejak Maret. "Dan minggu lalu kami memperpanjang tahap enam bulan kedua dari keringanan utang dalam bentuk hibah untuk 28 negara miskin, didanai oleh negara-negara kaya," tutur Rice.