REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) melalui anak perusahaannya yang bergerak di bidang industri gula, PT PG Rajawali II, sukses melaksanakan program Kemitraan Budi Daya Tebu bagi masyarakat desa penyangga di lingkungan areal lahan HGU Unit Pabrik Gula (PG) Jatitujuh.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan penyerahan Sisa Hasil Usaha (SHU) kemitraan oleh Direktur Pengembangan dan pengendalian Usaha Febriyanto kepada petani mitra di Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, Rabu (7/10).
Direktur Utama PT PG Rajawali II Sagita Hariyadin mengatakan, jumlah SHU yang dibagikan sejumlah total Rp 1,2 miliar. Ia menjelaskan, program kemitraan ini telah dimulai sejak 2018 dan merupakan program kemitraan pertama serta satu-satunya di Indonesia yang dijalankan di lahan HGU.
"Program kemitraan ini sebagai wujud kepedulian perusahaan dalam rangka membangun harmoni dengan masyarakat desa penyangga," ujar Sagita.
Menurutnya, program yang sudah berjalan pada dua kali masa tanam tersebut melibatkan masyarakat dari 22 desa penyangga di sekitar HGU PG Jatitujuh. Jumlah tersebut terbagi ke dalam dua wilayah, yaitu 11 desa di wilayah Kabupaten Majalengka dan 11 desa di wilayah Kabupaten Indramayu.
Program ini, lanjutnya, telah dilaksanakan pada masa tanam 2018/2019 dan 2019/2020. Pada peluncuran perdana tahun 2018, jumlah petani yang mengikuti program kemitraan sekitar 900 kepala keluarga dengan lahan kurang lebih seluas 1.900 Ha.
"Program kemitraan ini secara masif terus kami sosialisasikan kepada masyarakat disekitar pabrik, sehingga animo masyarakat terhadap kemitraan semakin tinggi," ucap Sagita.
Sagita menyampaikan pada masa tanam 2019/2020, jumlah peserta kemitraan bertambah menjadi sekitar 1.800 kepala keluarga, dengan tambahan luas lahan 3.300 hektare.
Ia menambahkan, untuk musim tanam 2020/2021 perusahaan memproyeksikan penambahan peserta kemitraan menjadi sekitar 2.200 kepala keluarga dengan lahan yang dikelola kurang lebih seluas 4.300 hektare.
Menurut Sagita, kesuksesan program kemitraan pada masa tanam dua tahun terakhir telah berhasil melahirkan sembilan unit Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di bidang usaha pengelolaan budidaya perkebunan tebu.
"Kesembilan BUMNDes tersebut berasal dari sembilan desa yang berbeda dan kini seluruhnya aktif bekerja sama dengan PG Jatitujuh," kata dia.