REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) diminta membuka diri dalam pengelolaan lapangan-lapangan migasnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong swasta untuk masuk dan bermitra dengan Pertamina.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, selama ini banyak lapangan-lapangan migas yang telah ditinggalkan oleh pengelola terdahulu dan kemudian dilanjutkan pengelolaannya oleh Pertamina, tapi realisasi produksinya kemudian tidak optimal. Di sisi lain sudah banyak blok migas eksisting saat ini dikelola oleh Pertamina sehingga mau tidak mau perseroan akan menjadi andalan untuk meningkatkan produksi migas nasional.
“Kami upayakan selama ini lapangan yang diserahkan ke pemerintah, Pertamina yang ditunjuk untuk mengelola. Saat ini dilakukan persiapan bagaimana lapangan ini dikerjasamakan dengan pihak swasta,” kata Arifin, Kamis (4/9).
Blok migas yang dikelola Pertamina misalnya Blok Mahakam pasca dikelola oleh PT Total E&P Indonesie sejak 2018 serta Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia dan akan mulai diambilalih Pertamina pada 2021.
Untuk blok Mahakam sampai saat ini belum ada mitra yang bergabung dengan Pertamina. Sementara untuk blok Rokan, dalam keputusannya pemerintah mewajibkan Pertamina untuk mengelola blok Rokan bersama dengan mitra.
Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk mendorong agar produksi minyak dan gas tidak mengalami penurunan.
Arifin mengatakan sejak 2011 tren produksi migas di tanah air menurun drastis. Ia bilang bila dirata-rata kurang lebih 120-125 ribu barel per hari. “Kita optimalkan lapangan-lapangan yang ada decline tidak drastis,” ujarnya.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Pertamina telah mengelola 60% dari total blok migas yang ada di Indonesia. Artinya, sebagai perusahaan yang diberikan akses terbanyak dalam pengelolaan hulu migas, Pertamina diharapkan bisa meningkatkan produksi migas nasional.
Namun sayangnya, hingga semester I ini banyak anak usaha Pertamina yang realisasi produksinya masih dibawah target. Sepanjang Semester I 2020 realisasi lifting minyak nasional baru sebesar 720,2 ribu barel minyak per hari (bph).
Realisasi ini berasal dari 15 kontraktor, di mana empat di antaranya berasal dari anak usaha Pertamina di bidang hulu. Beberapa anak usaha Pertamina yang belum capai target lifting minyaknya di antaranya, Pertamina EP realisasinya 80.499 ribu barel per hari (bph) atau 89,4%dari target APBN 2020 sebesar 90 ribu bph. Lalu ada Pertamina Hulu Mahakam 29.832 ribu bph atau 99% dari target 30.120 bph.
Kedua, Pertamina Hulu Energi OSES 26.715 bph atau 84,3 persen dari target APBN 2020 sebanyak 28.007 bph. Ketiga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur realisasi 10.387 bph atau 91,3 persen dari target APBN 2020 11.380 bph. Keempat, BOB Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu realisasi 9.271 bph atau 75,8 persen dari target APBN 2020 12.239 bph.