REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (18/8) pagi, menguat seiring tertekannya dolar AS akibat belum membaiknya data ekonomi AS. Pada pukul 09.37 WIB, rupiah menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp 14.790 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.795 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, dolar AS terlihat melemah terhadap nilai tukar regional pagi ini. "Tekanan terhadap dolar AS disebabkan oleh indikasi ketidakstabilan pemulihan ekonomi di AS dari data ekonomi AS yang dirilis semalam yaitu data indeks aktivitas manufaktur wilayah New York yang dirilis jauh di bawah proyeksi," ujar Ariston di Jakarta, Selasa (18/8).
Selain itu, lanjut Ariston, tingkat imbal hasil obligasi yang rendah juga membuat dolar AS menjadi tidak menarik untuk saat ini. "Sentimen negatif terhadap dolar AS ini bisa mendorong penguatan ke nilai tukar rupiah pagi ini," kata Ariston.
Namun di sisi lain, pasar juga perlu mewaspadai faktor-faktor yang bisa menekan rupiah salah satunya ketegangan hubungan AS-China. "Faktor lainnya yaitu kekhawatiran pandemi yang menekan pemulihan ekonomi dalam negeri dan data neraca perdagangan Indonesia bulan Juli yang di bawah ekspektasi," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp14.650 per dolar AS hingga Rp14.850 per dolar AS. Pada Jumat (14/8) lalu rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.795 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.775 per dolar AS.