REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong percepatan penetrasi produk buat naga ke pasar China. Guna menjajaki peluang kerja sama perdagangan buah naga, kementerian pun menggelar kegiatan penjajakan kesepakatan dagangbsecara virtual bertajuk the First Indonesia-China Dragon Fruits Online Business Matching 2020 beberapa waktu lalu.
“Memulihkan ekonomi dan meningkatkan ekspor terutama dalam masa pandemi saat ini merupakan pekerjaan besar sehingga sinergi berbagai pihak mutlak diperlukan. Strategi masing-masing lembaga atau kementerian akan berkontribusi mengantarkan produk potensial Indonesia dipasarkan di luar negeri,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melalui siaran pers yang diterima Republika pada Ahad (9/8).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan menambahkan, program tersebut merupakan langkah gerak cepat pemerintah menanggapi dibukanya akses bagi produk buah-buahan tropis Indonesia ke China. “Buah naga menjadi salah satu produk yang diandalkan masuk ke pasar global karena mudah diterima hampir di seluruh belahan dunia," ujarnya.
Hanya saja, lanjut dia, dibutuhkan upaya percepatan dalam merealisasikan ekspor perdana buah naga Indonesia ke China. "Semoga kegiatan bussines matching ini membuahkan hasil positif,” ujar Kasan.
Business matching virtual tersebut dihadiri lima eksportir buah naga Indonesia yang telah teregistrasi di China, enam eksportir yang akan diregistrasi, dan perusahaan lainnya.
Mereka dipertemukan dengan 26 importir anggota China Agricultural Wholesale Markets Association (CAWA). Di hadapan para importir anggota CAWA, eksportir dan perusahaan Indonesia memaparkan keunggulan buah naga Indonesia seperti rasa yang manis, daya tahan yang lama, serta memiliki masa panen yang berbeda dengan China.
Kegiatan virtual itu membuahkan potensi penandatanganan kesepahaman antara 3 eksportir dan importir, yang akan ditindaklanjuti lebih jauh dengan komunikasi antara kedua belah pihak. Kasan menyatakan, dengan diterimanya buah naga Indonesia di pasar China, maka menambah deretan produk buah tropis Indonesia yang sudah terlebih dahulu masuk ke China, seperti salak, manggis, kelengkeng, dan pisang.
“Pemerintah Indonesia mengharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi buah tropis Indonesia yang dapat masuk ke pasar Tiongkok, seperti nanas dan durian. Diharapkan, kinerja ekspor Indonesia ke Tiongkok juga akan terdorong terus positif,” tutur Kasan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk nonmigas Indonesia ke China selama periode Januari sampai Juni 2020 tercatat 12,82 miliar dolar AS. Angka itu meningkat 11,9 persen dibandingkan periode Januari sampai Juni 2019 yang sebesar 11,46 miliar dolar AS.
Sementara, permintaan dunia terhadap buah naga selama periode 2015 sampai 2019 tumbuh positif sebesar 7,51 persen. Dari 2,84 miliar dolar AS pada 2015, menjadi 3,67 miliar dolar AS pada 2019.
Ekspor produk buah naga Indonesia ke dunia terus meningkat setiap tahunnya dengan tren positif sebesar 12,91 persen dalam lima tahun terakhir. Dari 145 ribu dolar AS pada 2015 menjadi 208 ribu dolar AS pada 2019.
Kasan menilai, meningkatnya konsumsi buah naga di dunia salah satunya karena banyak komunitas Asia dan diaspora Indonesia dan China di seluruh dunia yang konsisten
mengonsumsi makanan dan bahan makanan asal negaranya masing-masing. Kemudian mempromosikan kuliner dan makanan tersebut kepada masyarakat setempat di setiap negara.
Kasan juga mengungkapkan pentingnya pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19. Menurut dia, pemulihan aktivitas ekonomi dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi dari masing-masing mitra dagang dengan menjalin kerja sama yang lebih erat, salah satunya perdagangan bilateral Indonesia-China.
Terlebih lagi, saat ini merupakan momentum perayaan ke-70 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara. “Penyebaran Covid-19 memberikan dampak berupa perlambatan aktivitas perdagangan global. Indonesia dan China menyadari perlu mengambil langkah tepat untuk menangkal perlambatan
ekonomi tersebut, salah satunya melalui kerja sama perdagangan,” tutur Kasan.
Kasan juga menekankan pentingnya menjaga optimisme di tengah kondisi perdagangan
internasional yang terkena imbas pandemi Covid-19. Hal ini supaya Indonesia tetap dapat mencari peluang kerja sama baru dengan berbagai mitra dagang di dunia.