REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat, pengiriman uang atau remitansi di seluruh dunia dapat turun 108,6 miliar dolar AS pada tahun ini. Peningkatan kehilangan pekerjaan dan pengusaha yang memangkas gaji karyawan di tengah pandemi Covid-19 hingga menghancurkan ekonomi menjadi penyebab utamanya.
Dalam laporannya yang dipublikasikan Senin (3/8), ADB menyebutkan, uang yang dikirim ke Asia bisa turun 54,3 miliar dolar AS atau seperlima dari pengiriman biasanya. Padahal, Asia sendiri merupakan tempat asal dari sepertiga pekerja migran di seluruh dunia.
Pada 2019, pengiriman uang ke Asia dan Pasifik mencapai 315 miliar dolar AS. Pengiriman ini membantu mendorong pertumbuhan beberapa ekonomi berkembang di kawasan tersebut. Khususnya negara yang banyak mengandalkan konsumsi untuk pertumbuhan konsumsi, seperti Filipina.
"Pandemi Covid-19 diperkirakan akan menghantam pengiriman uang secara keras di Asia dan Pasifik," kata laporan ADB, seperti dilansir di Reuters, Senin.
Negara-negara yang menghadapi dampak ‘lebih parah’ adalah negara di mana kontribusi remitansi ke PDB dan remitansi per kapita-nya tinggi. Sebut saja Tonga, Samoa dan negara-negara pasifik lain.
Georgia, Kirgistan dan Tajikistan yang mengirimkan sejumlah besar migran musiman dan jangka panjang, terutama ke Rusia dan Eropa, juga akan terpukul. Tekanan yang kuat juga terjadi pada Nepal dan Filipina, menurut ADB.
Lembaga keuangan internasional berbasis Manila ini menyebutkan, skenario terburuk akan terjadi dengan dua asumsi. Wabah domestik kembali terjadi dan aktivitas ekonomi baru dimulai kembali dalam waktu satu tahun.
"Ketidakpastian membayangi mengenai kapan waktu pemulihan penuh bisa terjadi, bahkan ketika lockdown sudah dicabut," kata ADB.
Sebelumnya, dalam laporan Outlook Pembangunan Asia yang dirilis Juni, ADB mengatakan, negara berkembang Asia akan mengalami pertumbuhan terlemah pada tahun ini. Bahkan, tingkat pelemahannya mencapai terendah dalam hampir enam dekade terakhir.