REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Situs jaringan sosial yang berorientasi bisnis, LinkedIn, memberhentikan sebanyak hampir 1.000 karyawan. Jumlah tersebut mencapai enam persen dari total tenaga kerjanya secara global.
Pemutusan hubungan kerja dilakukan seiring meningkatnya pengangguran di Amerika Serikat yang mencapai di atas 13 persen. Selain itu, langkah ini turut dipicu oleh menyusutnya ekonomi di berbagai belahan dunia akibat pandemi Covid-19.
Dalam sebuah catatan kepada karyawan, CEO LinkedIn, Ryan Roslansky, mengatakan bahwa pemutusan hubungan kerja akan menekan penjualan global dan menurunkan aktivitas perekrutan. "Setelah ini tidak ada PHK lebih lanjut yang direncanakan," kata Roslansky dikutip AP News.
Wabah Covid-19 telah mengganggu aktivitas perdagangan secara global serta menutup ribuan bisnis. Hal ini pun membuat pemilik perusahaan terpaksa memberhentikan karyawannya untuk mengurangi pengeluaran.
Akibatnya, tingkat perekrutan karyawan melambat secara signifikan. Di sisi lain, jumlah orang yang mengajukan bantuan pengangguran masih tetap tinggi dalam beberapa minggu terakhir. Ini merupakan pertanda banyak perusahaan melakukan PHK.
Karyawan LinkedIn di AS akan menerima setidaknya 10 minggu uang pesangon dan satu tahun perlindungan kesehatan yang berkelanjutan. Mereka yang diberhentikan akan melanjutkan pekerjaan sampai 21 Agustus.