REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya (Wika) Mahendra Vijaya mengatakan, pada parameter kondisi gearing ratio, Wika pada kuartal-I 2020 berada pada posisi 1,04x (dari maksimal level covenant 2,5x). Perseroan akan menjaga rasio utang tetap sehat di bawah level covenant.
Dalam kondisi pandemi yang saat ini masih berlangsung, lanjut Mahendra, Wika tetap akan mengedepankan asas prudential dan konsisten menjalankan aktivitas operasinya. Komitmen ini menjadi penting sebagai bagian dari membangun optimisme ke depan.
Ada beberapa hal yang menjadi dasar keyakinan itu, antara lain beberapa poin berikut. Pertama, masih tingginya kepercayaan pemerintah terhadap Wika yang ditunjukkan dengan adanya beberapa proyek strategis yang ditawarkan.
"Terbukti dengan keikutsertaan perseroan pada beberapa tender proyek pemerintah dengan total nilai mencapai Rp 15 triliun pada tahun ini," ungkap Mahendra saat dihubungi Republika di Jakarta, Kamis (16/7).
Kedua, masih positifnya dukungan dari institusi-institusi keuangan nasional dan internasional bagi Wika. Medio Juni lalu, perseroan telah menandatangani kesepakatan kredit modal kerja dengan PT Bank Chinatrust Indonesia (CTBC Indonesia) dengan nilai Rp 300 miliar. Penandatanganan dilakukan Direktur Utama Wika Agung Budi Waskito dan Direktur Keuangan Ade Wahyu bersama Iwan Satawidinata selaku CEO CTBC Indonesia.
Mahendra menilai kesepakatan dengan perbankan Taipei tersebut menunjukkan masih tingginya kepercayaan perbankan terhadap kinerja sektor konstruksi di tengah pandemi. "Ini sekaligus mendukung upaya kami untuk mengembalikan ritme pembangunan proyek infrastruktur sejalan dengan pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru," ungkapnya.
Dengan demikian, ucap Mahendra, infrastruktur yang dibangun bisa segera memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Mahendra menambahkan, poin ketiga yang memperbesar keyakinan perseroan pada masa pandemi ini adalah kapasitas kontrak dihadapi perseroan yang nilainya relatif besar. Hingga Mei 2020, perseroan memiliki order book sebesar Rp 80,71 triliun yang masih bisa diproduksi hingga 2022.
"Wika memiliki rekam jejak yang kompetitif-efektif dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis berskala mega. Kuncinya mempercepat penerimaan arus kas operasi yang lebih baik sehingga menjaga likuiditas perseroan," kata Mahendra menambahkan.