Kamis 09 Oct 2025 09:33 WIB

Pembangkit USC Jawa 9 dan 10 Mulai Beroperasi

Pembangkit ini menggunakan teknologi yang mengurangi gas buang berbahaya.

Pembangkit USC Jawa 9 dan 10 resmi beroperasi.
Foto: PLN
Pembangkit USC Jawa 9 dan 10 resmi beroperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pembangkit Ultra Super Critical (USC) Jawa 9 dan 10 yang berlokasi di Suralaya, Kota Cilegon, mulai memasuki tahap operasi komersial dan normalisasi sistem. Proyek strategis nasional tersebut merupakan proyek energi salah satu pembangkit USC paling modern di Asia Tenggara.

“Fase ini merupakan bagian dari prosedur penting agar seluruh unit dapat beroperasi dengan aman, efisien, dan sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku,” kata General Manager Pembangkit USC Jawa 9 dan 10 Steve Adrianto, Rabu (8/10/2025).

USC Jawa 9 dan 10 yang dikembangkan PT Indo Raya Tenaga (IRT) berperan dalam menjaga ketahanan energi nasional, khususnya dalam menopang sistem kelistrikan Jawa–Bali. Dengan kapasitas total 2 x 1.000 megawatt (MW), pembangkit itu akan menambah daya listrik yang stabil dan andal bagi pelaku usaha, kawasan industri dan masyarakat luas di Pulau Jawa, termasuk wilayah metropolitan seperti Jakarta dan sekitarnya.

Pada awal tahap awal operasinya, ia mengatakan USC Jawa 9 dan 10 tengah memasuki fase normalisasi, di mana seluruh sistem pembangkit dan jaringan kelistrikan diuji untuk mencapai performa optimal.

“Mohon kami didoakan juga, agar semua berjalan lancar sebagaimana direncanakan,” kata Steve.

Dari sisi teknologi, Jawa 9 dan 10 merupakan pembangkit USC yang menjadi pionir, satu-satunya di Indonesia yang telah menggunakan Selective Catalytic Reduction (SCR) sebagai alat proses pengendali NOx pada boiler USC.

"Teknologi SCR adalah teknologi pengendalian emisi yang mengurangi gas buang berbahaya, terutama oksida nitrogen (NOx), dengan demikian dinilai mendukung transisi energi ke net zero emission," katanya. 

Selain itu, pembangkit ini juga dilengkapi sistem Flue Gas Desulfurization (FGD) diterapkan untuk mengurangi emisi sulfur dioksida, sementara Electrostatic Precipitator (ESP) berfungsi menyaring partikel halus dari gas buang agar tidak mencemari udara.

“Kita berharap upaya ini tetap berlanjut dalam tahapan operasionalnya,” kata Steve Adrianto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement