Kamis 16 Jul 2020 16:45 WIB

Ekonomi China Mulai Tumbuh Kembali

Pertumbuhan PDB China sebesar 3,2 persen itu lebih tinggi dibandingkan diprediksi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Bendera China. Ekonomi China tumbuh 3,2 persen pada kuartal kedua setelah sempat mencapai rekor penurunan tahun ini.
Foto: Pixabay
Bendera China. Ekonomi China tumbuh 3,2 persen pada kuartal kedua setelah sempat mencapai rekor penurunan tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ekonomi China tumbuh 3,2 persen pada kuartal kedua setelah sempat mencapai rekor penurunan tahun ini. Ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengalami penurunan tajam dalam tiga bulan pertama tahun ini selama pembatasan wilayah untuk mencegar penyebaran Covid-19.

Angka yang dirilis pada Rabu (15/7) menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) China kembali membaik sepanjang April hingga Juni. Dilansir di BBC, Kamis (16/7) disebutkan, angka pertumbuhan ekonomi China jadi dipantau ketat oleh seluruh dunia ketika China memulai kembali ekonominya.

Baca Juga

Pertumbuhan PDB China sebesar 3,2 persen itu lebih tinggi dibandingkan diprediksi para ahli dan mengarah ke pemulihan berbentuk kurva V, yaitu penurunan tajam diikuti oleh pemulihan cepat. Ini juga berarti China menghindari masuk ke dalam resesi teknis yang ditandai sebagai dua periode pertumbuhan negatif berturut-turut.

Bounce-back ini mengikuti penurunan tajam 6,8 persen pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama tahun ini. Kondisi itu merupakan kontraksi terbesar sejak catatan PDB kuartalan China dimulai.

Pabrik-pabrik dan bisnis-bisnis di sana sempat tutup karena China menerapkan langkah-langkah tegas untuk menekan penyebaran virus corona. Pemerintah telah meluncurkan sejumlah langkah untuk membantu meningkatkan perekonomian, termasuk keringanan pajak.

Sebuah catatan penelitian dari Deutsche Bank menyatakan pemulihan berbentuk kurva V sebagian besar telah selesai.

"Pengeluaran konsumen masih di bawah saat pra-Covid, tetapi kesenjangan yang tersisa sebagian besar terkonsentrasi di beberapa sektor: perjalanan, makan, layanan rekreasi, di mana pemulihan cepat tidak mungkin terjadi," jelas Deutsche Bank.

Pada bulan Mei, China mengumumkan tidak akan menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk 2020 karena masih berurusan dengan dampak pandemi virus corona.

Pernyataan itu adalah pertama kalinya Beijing tidak memiliki target pertumbuhan PDB sejak 1990 ketika pencatatan dimulai. Untuk enam bulan pertama tahun ini, ekonomi China turun 1,6 persen, menurut Biro Statistik Nasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement