REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI meningkatkan alokasi untuk program kemitraan UMKM binaan. VP Corporate Social Responsibility KAI Agus Supriyono aloksi pembiayaan modal usaha UMKM binaan KAI pada 2020 dinaikan delapan persen.
"Pada 2020, kami memprogramkan dana mitra binaan yang tersalurkan adalah sebanyak Rp 9,4 miliar. Pada 2019, KAI telah menyalurkan Rp 8,7 miliar untuk program kemitraan yang diberikan kepada mitra binaan kami," kata Agus dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (26/6).
Hingga Juni 2020, KAI memiliki 2.414 UMKM mitra binaan yang tersebar di seluruh wilayah kerja KAI. UMKM tersebut meliputi tujuh sektor, yaitu sektor Industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan jasa.
Agus mengatakan, selain memberikan pembiayaan modal usaha, KAI juga melakukan pembinaan dan pelatihan oleh pakar di bidang masing-masing. Pelatihan tersebut meliputi proses produksi, pengemasan produk, pemasaran, dan sebagainya.
Selain itu, Agus memastikan pada Mei 2020, KAI memesan masker dan baju APD cover all dari mitra binaan di sektor tekstil yang berasal dari Bandung dan Yogyakarta. "Pemberdayaan UMKM ini sebagai wujud komitmen kami untuk meningkatkan kemampuan UMKM agar menjadi tangguh dan mandiri,” tutur Agus.
Agus menjelaskan, masker dan APD cover all tersebut selanjutnya diserahkan ke Pemerintah kota Bandung dan Anggota Komisi VI DPR untuk didistribusikan kepada masyarakat dan sejumlah rumah sakit yang membutuhkan. Selain pesanan KAI, produksi masker dan APD UMKM tersebut menurutnya juga dipesan oleh instansi pemerintah dan rumah sakit.
Bahkan, kata dia, produksi UMKM binaan tersebut kini semakin inovatif dengan memberikan ornamen batik pada APD. “Melalui berbagai pesanan dan inovasi tersebut, diharapkan dapat terus memutar roda perekonomian UMKM di tengah pandemi,” ujar Agus.
Di sektor makanan, Agus menegaskan, seluruh mitra binaan KAI didorong untuk menjual secara daring hasil produksinya, termasuk UMKM di sektor petani sayur wilayah Bandung dan Sukabumi. Hal tersebut dikarenakan adanya pembatasan yang sempat diterapkan di berbagai wilayah, sehingga mitra binaan harus menyesuaikan pola pemasarannya.
“Harapan kami, ke depan UMKM yang KAI bina semakin bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga semakin banyak UMKM yang berhasil naik kelas," ungkap Agus.