REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Brand bukanlah logo atau produk. Brand adalah janji. Janji pada saat produsen membuat produk untuk konsumen. Branding, adalah bagaimana cara pemilik produk berinteraksi dengan konsumen. Terakhir, persepsi konsumen terhadap produk, disebut dengan Reputasi.
Hal itu disampaikan Rizanto Binol, pakar Brand and Reputation Management pada acara webinar series Membangun Brand dan Reputasi yang diselenggarakan tanggal 20 Juni 2020. Acara ini diikuti puluhan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung dalam Indonesia Small Medium Enterprises Association (ISMEA).
Menurutnya, bagi pelaku UKM, membuat brand memang merupakan sebuah tantangan sendiri. Dibutuhkan banyak kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak agar pelaku UKM dapat meningkatkan nilai produk dan penjualannya. Pengelolaan merek atau brand yang baik akan dapat membangun reputasi.
"Webinar ini baru pertama kali kami jalankan. Tujuannya untuk membantu pelaku UKM yang menjadi anggota ISMEA membangun brand dan reputasi dan berkolaborasi dengan yang ahli di bidangnya. Yang terpenting, mereka harus mendukung asosiasi agar bisa menjadi lembaga yang memiliki power dalam memperjuangkan kepentingan bersama, misalnya kebutuhan terhadap marketplace, kemudahan berusaha, juga terhindar dari ancaman tutup usaha bila tidak bisa memenuhi standar produksi dan distribusi," kata Dr. Endang Rudiatin, M.Si, Ketua Umum ISMEA dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (20/6).
Menurut Endang, ISMEA yang semula bernama ISMEF, awalnya merupakan forum komunikasi dan informasi para mitraSmesco. ISMEF dibentuk sebagai bagian dari dinamika kemitraan yang dicanangkan oleh pimpinan Smesco dalam sebuah diskusi bersama mitra Smesco pada bulan Desember 2015 lalu.
Para pelaku UKM mitra Smesco didorong untuk menjadi bagian dari stakeholders berkenaan dengan program-program dan kegiatan yang dibuat bagi kemajuan dan perkembangan UKM. Sebagai Lembaga Pemasaran bagi UKM (LLP-UKM), Smesco menjadi mitra para UKM produksi dalam negeri dalam mempromosikan dan memasarkan produk-produknya di dalam maupun diluar negeri. Dalam mempromosikan dan memasarkan produknya, pelaku UKM dituntut untuk memiliki brand yang baik, menarik, dan konsisten agar dapat bersaing di pasar global dan internasional.
Peserta webinar yang berasal dari wilayah Jabodetabek, Lampung, Cilegon, bahkan dari Sebatik, Kalimantan Utara, merespon acara ini dengan sangat antusias. Mereka banyak bertanya tentang hal-hal seperti bagaimana membuat brand yang menarik, mengkomunikasikan pesan dari produk yang telah memiliki brand, hingga bagaimana mem-branding-kan merek produk bersamaan dengan merek ISMEA sendiri.
Seri webinar pertama Membangun Brand dan Reputasi dapat dikatakan sukses. Narasumber juga antusias berbagi pengalaman dan memberikan berbagai contoh kasus terkait komunikasi pemasaran. Perpanjangan waktu webinar selama 30 menit belum cukup untuk menjawab semua pertanyaan dari pelaku UKM yang memperoduksi frozen foods, bumbu masak, natural skincare, pakaian dan kebutuhan Muslim/Muslimah, dan lain sebagainya ini.
Narasumber Rizanto Binol, yang juga co-founder Kinanti Strategic Communication, menyemangati peserta webinar untuk terus mengikuti pelatihan ini hingga sesi ke-5 nanti yang topiknya beragam. Mulai dari membangun brand dan reputasi, membuat storytelling, hingga mengukur keberhasilan komunikasi pemasaran.
Dalam berkompetisi dalam memasarkan produknya pelaku UKM membutuhkan pelatihan dan pendampingan agar dapat menghasilkan nilai dan manfaat bagi perekonomian Indonesia. Untuk itulah ISMEA memfasilitasi upaya para pejuang ekonomi ersebut dengan menyelenggarakan 5 seri pelatihan yang diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pelaku UKM dalam menciptakan brand dan membangun reputasi.