REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga masih optimistis, prospek ekspor minyak sawit dan turunannya masih akan positif di tengah tantangan pasar global yang berat. Minyak nabati dari sawit sejauh ini dianggap yang paling efisien dibandingkan minyak nabati lainnya yang diproduksi banyak negara.
"Kita harus optimistis terhadap prospek sawit ke depan karena palm oil pilihan paling ekonomi di dunia. Masih yang terbaik dan memiliki pengaruh signifikan terhadap ekonomi nasional," kata Jerry dalam sebuah diskusi virtual, Senin (15/6).
Jerry menuturkan, sawit juga menyangkut kehidupan puluhan juta petani di Indonesia. Oleh sebab itu, pihaknya meminta seluruh pemangku kepentingan dan industri untuk menjaga keberlangsungan usaha perkebunan kelapa sawit nasional.
Lebih lanjut, ia menilai Indonesia termasuk negara yang situasi perdagangannya relatif aman dan kondusif. Sawit pun menjadi satu dari sekian banyak komoditas yang masih mengalami surplus dalam neraca perdagangan ekspor-impor.
Pihaknya pun optimistis, ekspor sawit secara perlahan akan terus meningkat karena kebutuhan dunia akan minyak sawit. "Pesan yang ingin kami sampaikan, secara umum kita lihat data trennya positif dan dari kaca mata global tidak defisit," katanya.
Soal adanya upaya-upaya pelarangan penggunaan minyak sawit di kawasan Eropa, Jerry menegaskan, pemerintah telah mengambil langkah gugatan lewat World Trade Organization (WTO). Pemerintah Indonesia juga telah melayangkan lebih dari 100 pertanyaan kepada Uni Eropa untuk mengetahui detail penyebab larangan sawit Indonesia.
Menurutnya, tuduhan-tuduhan yang dilayangkan kepada Indonesia tentang deforestasi lingkungan akibat eksploitasi hutan dengan perkebunan sawit tidak benar. Justru, Jerry mengatakan, dunia Eropa jauh lebih mengeksploitasi kawasan hutannya dibanding Indonesia.
"Kita sudah berbicara dengan salah satu komisioner di Uni Eropa, sudah kami sampaikan bahwa sikap Uni Eropa tidak pantas mempermasalahkan sawit kita, termasuk soal black campaign," katanya.