Senin 15 Jun 2020 06:48 WIB

Perhotelan Harus Bisa Berdampingan dengan New Normal

Hotel dapat menawarkan fasilitas yang ada dan membuat atraksi untuk gaet wisatawan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Fasilitas hotel (ilustrasi). Industri perhotelan dan pariwisata dinilai harus mampu menyesuaikan diri dalam kondisi new normal atau normal baru.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Fasilitas hotel (ilustrasi). Industri perhotelan dan pariwisata dinilai harus mampu menyesuaikan diri dalam kondisi new normal atau normal baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perhotelan dan pariwisata dinilai harus mampu menyesuaikan diri dalam kondisi new normal atau normal baru. Dengan begitu, industri tersebut bisa tetap bertahan. 

"Berdasarkan United States (US) Travel Association, yang tidak kalah penting yaitu proses menuju new normal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan," ujar Aktivis Pariwisata Indonesia sekaligus Founder Temannya Wisatawan Taufan Rahmadi kepada Republika.co.id, Ahad (14/6).

New normal, kata dia, harus dilakukan dengan menghadirkan keyakinan bagi wisatawan agar mau tinggal di hotel atau destinasi tersebut. "Beri wisatawan keyakinan kalau menginap atau berlibur di sana terjamin kesehatannya, pelayanannya, kebersihannya, keamanannya dengan mengeratkan protokol new normal di hotel," jelas dia. 

Ia menyarakan, bila hotel belum mampu menjamin kebersihan serta pelayanan seluruh kamarnya, maka bisa dibuka beberapa kamar dahulu secara bertahap. Kemudian, kesehatan seluruh entitas ekosistem hotel baik tamu, karyawan, vendor, dan lainnya pun harus terjamin. 

"Jadi perhotelan bisa bangkit di new normal. Hanya saja tidak bisa langsung seperti sebelum pandemi, pasti bertahap," kata Taufan. 

Mengelola hotel di tengah new normal, lanjutnya, tidak harus menambah biaya atau investasi besar. Melainkan tergantung manajemen dan inovasi pengelola. 

"Pada dasarnya hotel punya certified hygiene itu sudah lakukan. Bedanya tambahkan pakai masker, harus sering cuci tangan, jadi tergantung kesadaran. Lalu kreativitas dan inovasi bisa dilakukan tanpa harus investasi besar, bisa dilakukan secara bertahap, yang penting ekonomi jalan, operasional jalan," tegasnya. 

Salah satu survei US Travel Association, menyebutkan, ada dua hal yang dilakukan wisatawan ketika pandemi. Pertama, pada saat pandemi mulai mereda, traveler atau pelancong akan cenderung berwisata ke daerah yang dekat dan bisa dicapai menggunakan kendaraan bermotor. Kedua, ketika pandemi benar-benar selesai, barulah wisatawan memikirkan jarak tempuh lebih lama atau jauh.

Berkca dari dua hal itu, segementasi hotel-hotel harus mulai diubah. Hotel bisa targetkan wisatawan lokal, dan menjual fasilitas yang tersedia.

"Bikin atraksi di hotel sebagai alternatif obati kejenuhan wisatawan lokal, atau jual paket-paket makanan," ujar Taufan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement