REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS menguat terhadap safe-haven yen Jepang dan franc Swiss pada akhir perdagangan Jumat (12/6) atau Sabtu (13/6) pagi WIB. Penguatan dolar AS karena saham-saham di bursa Wall Street bangkit dari kinerja satu hari terburuk dalam tiga bulan, sementara euro turun terhadap greenback, menghapus kenaikan awal.
Yen jatuh terhadap dolar AS untuk pertama kalinya dalam lima sesi, sementara franc Swiss melemah, karena Wall Street menguat untuk mengembalikan beberapa kerugian tajam yang diderita pada sesi sebelumnya.
Memasuki minggu depan, investor bersiap untuk sejumlah peristiwa penting, termasuk diskusi tentang dana pemulihan Uni Eropa, negosiasi Brexit, pertemuan bank sentral Inggris (BoE) dan bank sentral Swedia (Swedish National Bank).
Kesaksian semi-tahunan Ketua Federal Reserve Jerome Powell kepada komite perbankan Senat juga dijadwalkan minggu depan. "Telah ada pengupas taruhan bearish pada dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior, di Western Union Business Solutions di Washington.
"The Fed mengatalisasi bahwa dengan prospek hati-hatinya minggu ini dan sekarang pasar melihat ke depan untuk minggu depan di mana ia akan benar-benar penuh dengan pembicaraan Fed, terutama ketua Fed bersaksi di Capitol Hill sehingga Fed berhati-hati kembali di garis terdepan, yang telah membantu dolar stabil."
Harapan pemulihan global pasca-Covid-19, pelonggaran ketegangan perdagangan AS-China dan prospek imbal hasil jangka panjang di Amerika Serikat telah membebani dolar, mendorongnya lebih rendah terhadap sebagian besar mata uang utama, sebelum menguat kembali.
Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,6 persen terhadap yen menjadi 107,455 yen. Itu menunjukkan, dolar masih membukukan kinerja mingguan terburuk terhadap yen sejak akhir Maret.
Terhadap franc Swiss, dolar melonjak 1,2 persen menjadi 0,9551 franc. Euro turun 0,6 persen menjadi 1,1228 dolar, meluncur dari 1,1422 dolar, tertinggi tiga bulan yang dicapai pada Rabu (10/6).
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,5 persen menjadi 97,33, setelah sebelumnya mencapai tertinggi satu minggu.
Pound Inggris melemah setelah data menunjukkan ekonomi Inggris menyusut dengan rekor 20,4 persen pada April dari Maret karena negara menghabiskan bulan itu dalam penguncian ketat virus korona. Investor melihat angka itu sebagai kemungkinan dasar kehancuran sebelum apa yang diharapkan menjadi pemulihan yang panjang dan lambat.
Sterling terakhir turun 0,9 persen pada 1,2487 dolar dan sedikit lebih rendah terhadap euro. Pada sesi sore, euro naik 0,2 persen menjadi 89,92 pence.
Dolar menunjukkan sedikit reaksi terhadap data ekonomi AS pada harga impor dan sentimen konsumen yang dirilis pada Jumat (12/6).