Kamis 11 Jun 2020 12:19 WIB

Tumpangsari, Solusi Keterbatasan Lahan Pengembangan Manggis

Pemanfaatan lahan hutan dan perkebunan dengan sistem tumpangsari atasi keterbatasan

Petani menggunakan metode tumpangsari untuk mengatasi keterbatasan lahan pengembangan manggis.
Foto: Pxhere
Petani menggunakan metode tumpangsari untuk mengatasi keterbatasan lahan pengembangan manggis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus fokus mengembangkan buah-buahan strategis. Terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti jeruk, mangga, manggis, pisang, durian,nenas, lengkeng, salak, alpukat dan buah naga.

Di sisi lain, permasalahan yang sering dihadapi adalah keterbatasan lahan yang dimiliki oleh petani. Berbagai upaya telah dilakukan Kementan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Di antaranya adalah pemanfaatan lahan kehutanan dan perkebunan dengan menggunakan sistem penanaman tumpangsari (polikultur).

Baca Juga

Cara cerdas inilah yang dilakukan Amdi Suib di Nagari Muarobodi, Kecamatan IV Nagaring, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Amdi mengadopsi sistem tanam ganda atau polikultur. Amdi memulai pola tanam polikultur manggis dan karet pada tahun 2007 dengan luas lahan empat hektare. Manggis yang ditanam adalah varietas Ratu Kamang, khas Sumatera Barat.

Amdi mengatakan bahwa ia melihat ada potensi lahan di hutan karet yang sudah tidak produktif. “Saya mulai menanam manggis di sela-sela pohon karet tersebut dengan jarak antar tanaman manggis 10x10 meter atau 10x8 meter dan jarak antara karet dan manggis sebesar dua meter," kata Amdi melalui siaran pers Kementan, Kamis (11/6).

Setelah umur pohon manggis berusia 2,5 tahun, pohon karet di sekitar manggis mulai ditebangi. Rata-rata per tahun pihaknya dapat memanen hingga 3,5 ton manggis dari 14 batang pohon manggis.  Sedangkan 10 batang yang lain belum menghasilkan.

“Sekali panen bisa mendapatkan keuntungan mencapai 52 juta dengan harga jual Rp 15 ribu per kilogram (kg). Sedangkan hasil dari pohon karet hanya Rp 500 ribu-Rp 700 ribu per minggu,” bebernya senang.

Lebih lanjut Amdi mengungkapkan bahwa penanaman manggis di sekitar pohon karet dapat mengurangi tingkat kematian pohon manggis yang baru, dibandingkan menanam manggis langsung di hamparan kosong. "Karena pohon karet berfungsi sebagai naungan, membuat intensitas cahaya matahari ke tanah turun, suhu turun, dan kelembapan terjaga," ungkapnya.

Selama ini Amdi mengaku telah melakukan pembinaan kepada petani muda Margodi. Mulai melakukan pola tanam yang sama di Desa Batu Sangkar.

Saat ini tanaman manggisnya sudah berumur 1,5 tahun ditanam di kebun karet yang usia pohonnya sudah 15 tahun. Sudah ada empat lokasi yang menerapkan polikultur dengan karet, dua di desa muarobodi dan dua di desa batu sangkar.

"Selain polikultur dengan karet, manggis ditanam juga  dengan jeruk nipis mauoun jeruk purut. Polikultur dengan jeruk juga bisa menguntungkan karena bisa mendapatkan hasil harian dari daun jeruk purut" ungkapnya.

"Kemudian bulanan dari buah jeruk nipis dan tahunan dari buah manggis," jelas dia.

Dikonfirmasi terpisah, Liferdi Lukman, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian mengaku sangat senang dengan upaya Amdi tersebut.

“Kami sangat mengapresiasi dari apa yag dilakukan oleh Pak Amdi ini.  Lahan terbatas bukan menjadi kendala untuk melakukan pengembangan buah-buahan”, kata Liferdi.

Pria asal minang ini menjelaskan bahwa penanaman buah dengan sistem tumpangsari atau polikultur memiliki keuntungan. Diantaranya adalah efisiensi lahan dan biaya produksi, panen dapat dilakukan secara berkala bahkan bisa meningkatkan produktivitas tanaman jika diterapkan dengan benar.

"Namun, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan," beber Liferdi.

Jangan sampai, kata dia, menimbulkan masalah penyakit serta hama. Terkadang hama bisa saja ditularkan dari tanaman jenis lainnya, selain itu juga berpotensi menularkan  penyakit. Di samping itu juga sering terjadi perebutan unsur hara antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, tambahnya.

"Apa yang sudah dilakukan Pak Amdi di daerah Sijunjung tersebut bisa dijadikan contoh untuk petani lainnya. Apalagi tanaman buah yang dipilih adalah manggis, sangat menjanjikan untuk dibudidayakan, permintaan pasarnya terutama ekspor tak pernah surut dan harganya relatif stabil, tidak pernah merugikan petani, terang Liferdi.

Pentingnya naungan pada tanaman manggis

Lebih detil Liferdi menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan dalam menanam manggis adalah pemberian naungan. Naungan pada tanaman manggis merupakan suatu keharusan.

"Kebutuhan akan naungan terutama ketika tanaman masih di area perbibitan dan selama periode baru dipindah ke lapangan, sampai tanaman benar-benar mampu beradaptasi pada kondisi lapang yaitu sekitar 2 tahun," ungkapnya.

Dijelaskan Liferdi, tanaman manggis muda yang ditanam pada lahan terbuka tanpa naungan akan menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat. Termasuk munculnya daun muda tidak serentak

"Titik tumbuh mati dan sulit untuk menghasilkan daun baru. Daun mengering dan terbakar Pada kondisi parah dan kurang air dapat mengakibatkan kematian," jelas Direktur yang dulu pernah sebagai peneliti buah.

Naungan yang terlalu rimbun atau kelebihan naungan juga tidak baik untuk tanaman manggis karena akan terjadi etiolasi. Kebutuhan naungan untuk tanaman yang baru ditanam dilapang sekitar 50-75 persen dan dapat dikurangi sejalan dengan peningkatan umur dan pertumbuhan tanaman.

"Oleh sebab itu naungan harus diatur dengan penetrasi cahaya sekitar 50-75 persen," terangnya.

Liferdi menambahkan, multiple cropping dengan tanaman karet yang kurang produktif lagi merupakan suatu terobosan baru. Pasalnya selama ini yang digunakan sebagai naungan tanaman manggis muda adalah pisang dan pepaya.

"Ke depan Kementan akan bersinergi dengan PTPN maupun BUMN lain untuk memanfaatkan lahannya yang saat ini kurang produktif agar dapat ditanami buah-buahan, tutupnya optimistis," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement