Rabu 10 Jun 2020 05:03 WIB

Kinerja Solid Dongkrak Saham Anak Usaha Grup Lippo

Kenaikan saham dinilai karena harga relatif murah.

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Karta Raharja Ucu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham sejumlah anak usaha grup Lippo mengalami kenaikan. Saham PT Lippo Karawaci (LPKR), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT First Media Tbk (KBLV), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), dan PT Multipolar Tbk (MLPL), dan PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) yang melesat hingga dua digit. 

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) saham MLPT memimpin kenaikan tertinggi hingga 53,91 persen ke harga Rp 885. Disusul oleh KBLV yang melesat 32,7 persen ke Rp 438. Sementara NOBU terkerek 31,34 persen ke Rp 880. MLPL dan LPKR mampu naik hingga 24 persen dan 22,6 persen ke harga Rp 62 dan Rp 180. Sementara itu LPCK naik 10,24 persen ke harga Rp 795.

Kenaikan harga yang dialami beberapa saham Grup Lippo, menurut analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama lantaran dari sisi harga yang relatif murah dan juga sentimen positif pembagian dividen yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Okie berpendapat, untuk MLPT memang deviden payout ratio-nya cukup besar secara historis. 

Pada tahun 2019, dividend payout ratio mencapai 182,19 persen. Sementara di tahun 2018, dividend payout ratio MLPT mencapai 80,19 persen. Adapun tahun ini dividend payout ratio MLPT mencapai 181,76 persen.

MLPT tercatat akan membagi  dividen Rp 133 per saham. Total dividen yang akan dibagikan Rp 249,38 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan laba bersih yang dikantongi sepanjang tahun 2019. Menilik laporan keuangannya, sepanjang tahun 2019 MLPT mengantongi laba bersih hingga Rp 137,27 miliar. Adapun hingga akhir tahun 2019, MLPT masih memiliki saldo laba belum dicadangkan hingga Rp 545,96 miliar. Selain itu, dividend yield MLPT yang tinggi turut menopang penguatan sahamnya. 

Nah, dari lima saham yang naik, saham LPCK dan LPKR masih sangat layak dilirik karena dari sisi likuiditas masih sangat kuat.  Dia menambahkan, selama LPCK masih terjaga di atas Rp 700, investor boleh mempertimbangkan buy on weakness dengan target harga Rp 850. Kata dia, pola pembalikan arah dari bearish ke bullish juga sudah terlihat sejak Maret 2020. 

Jumat (5/6), harga saham LPCK menguat 4,61 persen ke Rp 795 per saham. Meski naik tipis, karena LPCK memiliki likuditas kuat, maka dari sisi pergerakan saham paling menarik. Pasalnya, LPCK secara teknikal sudah membentuk tren naik sejak pertengahan Mei lalu dan terus berlanjut hingga saat ini.

Sementara itu, saham LPKR hari ini, Senin (8/6), juga dibuka menghijau di Rp 184,00 per lembar saham, naik 1,66 persen dibanding pada penutupan Jumat (5/6). 

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti dan juga kesehatan akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat.

Yang pasti, pelonggaran pembatasan sosial serta berlakunya kenormalan baru, akan menimbulkan optimisme dan memungkinkan kinerja operasional mal dan sektor properti berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat. Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement