Kamis 14 May 2020 09:45 WIB

PM Modi Janjikan Stimulus Ekonomi 266 Miliar Dolar AS

Stimulus tersebut untuk mendorong kegiatan ekonomi di India.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri India Narendra Modi, 1 April 2019.
Foto: AP Photo/Mahesh Kumar A.
Perdana Menteri India Narendra Modi, 1 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Pemerintahan India berkomitmen mengeluarkan paket stimulus senilai 266 miliar dolar AS untuk menopang kegiatan perekonomiannya yang sedang sakit selama pandemi Covid-19. Rencana ini disampaikan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidato nasional pada Selasa (12/5).

Seperti dilansir di CNN, Rabu (13/5), stimulus tersebut kombinasi antara langkah-langkah baru dengan berbagai tindakan yang sudah diambil. Di antaranya, kebijakan bank sentral India untuk menopang likuiditas, serta paket stimulus sebelumnya senilai 23 miliar dolar AS yang dimaksudkan untuk membantu warga miskin.

Baca Juga

"Paket ini akan bekerja untuk mewujudkan India yang mandiri," ujar Modi, tanpa memberikan informasi lebih lanjut mengenai komitmen tersebut.

Modi menjelaskan, paket stimulus fiskal dan moneter yang sudah digelontorkan pemerintah maupun bank sentral setara dengan 10 persen dari output tahunan ekonomi India.

Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut pada Rabu. Menurutnya, usaha kecil akan dapat mengakses hampir 40 miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman tanpa perlu memberikan jaminan sampai dengan 31 Oktober. Perusahaan asing juga akan dicegah tender untuk kontrak dengan nilai hingga 26,5 juta dolar AS guna melindungi bisnis lokal, katanya.

Para analis di Citi mengatakan, dampak aktual dari stimulus fiskal dan moneter hanya mendekati empat persen dari PDB. Proyeksi ini setelah memperhitungkan langkah-langkah bantuan yang sudah diambil India serta kemungkinan adanya stimulus yang diberikan tersebar di lebih dari satu tahun fiskal.

"Mengingat posisi fiskal India, sulit untuk membayangkan adanya ruang untuk pengeluaran tambahan 10 persen dari PDB (tahun ini)," tulis para ekonom Citi, dalam catatan penelitian.

Meski begitu, ekonom Citi mengatakan, komitmen empat persen masih jauh lebih tinggi dibandingkan ekspektasi mereka terhadap pemerintah India untuk mengisolasi ekonominya dari kejatuhan terkait pandemi.

Sebelumnya, pada Maret, Modi mengumumkan kebijakan shutdown selama tiga pekan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk 1,3 miliar orang di India. Kebijakan ini mengharuskan semuanya ditutup, kecuali untuk layanan kesehatan, toko kelontong dan layanan penting lainnya.

Lockdown telah diperpanjang beberapa kali. Saat ini, telah memasuki fase ketiga yang telah merelaksasi beberapa pembatasan, memungkinkan kembali kegiatan konstruksi dan swasta berjalan, meski terbatas. Fase ketiga diperkirakan berlangsung hingga 17 Mei.

Fase berikutnya akan mencakup lebih banyak penyesuaian, yang menurut Modi akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang. "Para ilmuwan mengatakan, virus corona akan tetap menjadi bagian dari hidup kita untuk waktu yang lama, namun hidup kita tidak bisa berputar di sekitar corona. Kita akan memakai masker, menjaga jarak, tanpa kehilangan tujuan kita," katanya.

Dalam pidatonya, Modi menekankan perlunya India menjadi negara yang mandiri dan mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Ia optimistis, apabila semua pemangku kepentingan memenuhi semua aturan, India dapat memerangi Covid-19 dan terus bergerak maju.

Seperti negara-negara lain, India berusaha mencari cara untuk mendukung ekonominya sambil melindungi penduduk dari virus. Tercatat, lebih dari 74 ribu masyarakat India positif Covid-19, menurut Universitas John Hopkins. Lebih dari 2.400 orang telah meninggal.

Sebelum pandemi, ekonomi India diketahui sedang berjuang. Pertumbuhan ekonomi secara kasar telah berkurang setengahnya dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan, ekonomi India hanya akan tumbuh  1,9 persen tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement