REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Center of Reform on Economic (Core) Mohamad Faisal mengatakan saat ini tidak hanya pemerintah saja yang perlu aktif mengatasi dampak dari pandemi virus korona atau Covid-19. Faisal menuturkan sudah saatnya Bank Indonesia aktif berperan membantu krisis pandemi Covid-19.
Faisal mengatakan seharusnya bank sentral di Indonesia secara nyata mengucurkan likuiditas kepada sektor-sektor ekonomi. “Paling ekstrem ya bisa dilakukan dengan mencetak uang," kata Faisal, Rabu (13/5).
Dia menilai pada kondisi saat ini, hal tersebut tidak salah dilakukan selama risikonya terukur. Apalagi, lanjut Faisal, sebelum masa pandemi Covid-19 terjadi di dalam negeri, keadannya masih keurangan likuiditas.
Faisal menjelaskan, porsi GDP nasional hanya sekitar 40 persen dari jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga saat ini dibutuhkan banyak uang yang dalam bentuk tunai. "Bank sentral harus out of the box ikut andil menyelamatkan perekonomian," ujar Faisal.
Sementara itu, Ketua Banggar DPR Said Abdullah mengatakan saat ini sudah dibutuhkan langkah cepat menagani dampak pandemi. Salah satu yang diusulkan oleh Badan Angggaran DPR dengan meminta Bank Indonesia mencetak uang.
Menurut Said, usulan tersebut masuk akal, terutama dari sisi inflasi yang kerap kali dikhawatirkan. "Kalau nyetak uang Rp 600 triliun kemudian seakan-akan uangnya banjir, tidak juga. Hitungan kami kalau BI nyetak Rp 600 triliun, itu inflasinya sekitar lima sampai enam persen, tidak banyak. Masa Rp 600 triliun tiba-tiba inflasi akan naik 60 sampai 70 persen, tidak juga kalau menurut kami," jelas Said.