REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Wabah Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, tidak hanya menurunkan permintaan BBM. Namun permintaan gas elpiji baik elpiji PSO (Public Service Obligation) 3 kilogram dan non PSO, juga mengalami penurunan.
Sales Brand Manager PT Pertamina MOR IV Jateng-DIY Rayon Banyumas-Cilacap Adeka Sangpraga Hutapria, menyebutkan permintaan elpiji di Kabupaten Banyumas mengalami penurunan hingga 15 persen dari kondisi normal. ''Termasuk pada masa lebaran yang biasanya terjadi peningkatan, kemungkinan permintaan elpiji juga masih belum normal,'' ujarnya.
Penurunan permintaan, menurutnya, disebabkan banyaknya rumah makan, PKL dan resto menengah yang tutup. Selain itu, turunnya okupansi hotel juga menyebabkan aktivitas memasak di restoran yang ada di hotel mengalami penurunan tajam.
''Ibaratnya, konsumsi yang tersisa saat ini hanya konsumsi elpiji untuk rumah tangga,'' katanya.
Meski demikian, dia mengaku, selama masa lebaran ini, Pertamina bersama Hiswana Migas Banyumas masih tetap siaga di lapangan untuk mengamati perkembangan kebutuhan.
''Bila ternyata terjadi lonjakan permintaan, kita arus tetap siap memenuhi kebutuhan. Tidak boleh terjadi kelangkaan,'' katanya.
Untuk itu, kata dia, selama bulan puasa dan lebaran, pihaknya juga menyiapkan pangkalan siaga untuk gas elpiji 3 kg dan elpiji non PSO. ''Untuk pengisian baik di depot, di SPBE dan pengisian BBM juga selalu siap siaga. Ini dilakukan untuk antisipasi jika terjadi lonjakan permintaan diluar jam normal,'' katanya.
Koordinator Daerah Hiswana Migas untuk gas elpiji 3 kg, Djati Wibowo mengatakan, pendistribusian elpiji 3 kg dan non PSO di beberapa tempat sempat mengalami kendala akibat banyaknya portal yang menutup jalan masuk di desa-desa.
''Penolakan memang belum ada. Tapi keberadaan portal sering menyebabkan truk pengangkut elpiji tidak bisa masuk jalan desa, sehingga menyulitkan proses bongkar,'' katanya.