REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank of England telah memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 akan mendorong ekonomi Inggris ke arah resesi terdalam dalam catatan. Ekonomi Inggris menyusut 14 persen tahun ini, berdasarkan pelonggaran lockdown pada bulan Juni.
Skenario yang disusun oleh bank untuk menggambarkan dampak ekonomi mengatakan bahwa Covid-19 secara dramatis mengurangi lapangan kerja dan pendapatan di Inggris. Regulator memilih dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga pada rekor terendah 0,1 persen, dilansir di BBC, Kamis (7/5).
Namun, Komite Kebijakan Moneter (MPC) yang menetapkan suku bunga terpecah pada apakah akan menyuntikkan lebih banyak stimulus ke dalam perekonomian. Dua dari sembilan anggotanya memilih untuk meningkatkan putaran pelonggaran kuantitatif terbaru dengan 100 miliar pound menjadi 300 miliar pound. Analisis bank didasarkan pada langkah-langkah jarak sosial yang secara bertahap dihapus antara Juni dan September.
Laporan kebijakan moneter terbaru menunjukkan ekonomi Inggris terjun ke dalam resesi pertama dalam lebih dari satu dekade. Ekonomi menyusut sebesar 3 persen pada kuartal pertama 2020, diikuti oleh penurunan 25 persen yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tiga bulan hingga Juni. Hal ini akan mendorong Inggris ke dalam resesi teknis, yang didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dari penurunan ekonomi.
Bank sentral mengatakan, pasar perumahan terhenti, sementara belanja konsumen telah turun 30 persen dalam beberapa pekan terakhir.
Untuk tahun secara keseluruhan, ekonomi diperkirakan berkontraksi sebesar 14 persen. Hal ini akan menjadi penurunan tahunan terbesar dalam catatan, menurut data Office for National Statistics (ONS) sejak 1949.
Hal ini juga akan menjadi kontraksi tahunan paling tajam sejak 1706, menurut data Bank of England yang direkonstruksi kembali ke abad ke-18.
Sementara pertumbuhan Inggris diperkirakan akan pulih pada 2021 hingga 15 persen, ukuran ekonomi diperkirakan tidak akan kembali ke puncak pravirusnya hingga pertengahan tahun depan.
Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, memperkirakan kerusakan permanen dari pandemi itu relatif kecil. "Ekonomi kemungkinan akan pulih jauh lebih cepat daripada pulih dari krisis keuangan global," katanya.
Bailey juga memuji tindakan pemerintah untuk mendukung pekerja dan bisnis melalui subsidi upah, pinjaman, dan hibah. Dia mengatakan, keberhasilan skema ini dan stimulus Bank Dunia berarti akan ada jaringan parut (kerusakan minimal) terbatas pada ekonomi.