Rabu 29 Apr 2020 11:49 WIB

BI: Pembiayaan Defisit Fiskal Diperkirakan Rp 1.400 Triliun

Sebagian defisit fiskal akan dibiayai dari saldo kas pemerintah dan pinjaman ADB.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Bank Indonesia mencatat total defisit fiskal pemerintah mencapai Rp 1.400 triliun.
Foto: Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Bank Indonesia mencatat total defisit fiskal pemerintah mencapai Rp 1.400 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat total pembiayaan defisit fiskal pemerintah mencapai Rp 1.400 triliun. Nantinya pembiayaan tersebut akan dipenuhi pinjaman dari lembaga dunia dan pasar obligasi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo merinci sebanyak Rp 500 triliun defisit fiskal akan dibiayai dari saldo kas pemerintah yang ada di Bank Indonesia dan perbankan, dana Badan Layanan Umum (BLU), pinjaman Asian Development Bank (ADB), dan Bank Dunia serta penerbitan obligasi. Dari pemenuhan tersebut, sisanya defisit fiskal pemerintah menjadi Rp 900 triliun.

Baca Juga

"Sementara sebanyak Rp 225 triliun sudah dikeluarkan, sehingga kini jumlah defisit fiskal menjadi Rp 775 triliun,” ujarnya saat video conference di Jakarta, Rabu (29/4).

Menurutnya dari total sebesar Rp 775 triliun, sekitar Rp 150 triliun akan digunakan untuk pemulihan ekonomi. Kemudian sebanyak Rp 100 triliun akan ditopang dari kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia, sehingga perbankan dapat menyerap Surat Berharga Negara (SBN).

“Sisanya lagi Rp 425 triliun akan dipenuhi melalui lelang SBN. Kalau kami hitung sisa lelang sampai akhir tahun kebutuhannya dari lelang tidak melonjak,” ucapnya.

Ke depan, Bank Indonesia optimistis pemerintah dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit fiskal hingga akhir tahun ini. Bank Indonesia sudah menggelontorkan Rp 2,3 triliun untuk menambal defisit anggaran dalam APBN 2020. 

“Dana tersebut masuk melalui lelang SBN di pasar perdana,” ucapnya.

Pada lelang SBN Selasa (28/4), pemerintah berhasil menyerap Rp 16,6 triliun dari hasil lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN), dengan rata-rata imbal hasil atau yield 8,08 persen. Adapun total penawaran yang masuk mencapai Rp 44,4 triliun, sementara target indikatifnya mencapai Rp 20 triliun. 

"Jadi kemarin bid (penawaran) yang masuk jumlahnya Rp 44,4 triliun, di antaranya Rp 7,5 triliun dari BI. Kita mendengar dari pengumuman pemerintah, itu Rp 16,6 triliun, di antaranya Rp 2,3 triliun untuk BI," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement