Senin 27 Apr 2020 06:51 WIB

AS Targetkan Stimulus Lanjutan untuk Dongkrak Ekonomi

Kebijakan lockdown telah memberikan dampak besar pada ketenagakerjaan AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Sebuah bendera Amerika Serikat berkibar diatas lahan parkir yang sepi di pabrik produksi Boeing, Renton, Washington, Senin, (20/4). Pemerintah AS bicarakan stimulus untuk membangun kembali kepercayaan terhadap ekonomi AS yang dihantam oleh pandemi virus corona (Covid-19).
Foto: AP / Elaine Thompson
Sebuah bendera Amerika Serikat berkibar diatas lahan parkir yang sepi di pabrik produksi Boeing, Renton, Washington, Senin, (20/4). Pemerintah AS bicarakan stimulus untuk membangun kembali kepercayaan terhadap ekonomi AS yang dihantam oleh pandemi virus corona (Covid-19).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat White House berencana memberikan beberapa opsi baru mengenai kebijakan besar kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kebijakan ini diharapkan mampu membantu membangun kembali kepercayaan terhadap ekonomi AS yang dihantam oleh pandemi virus corona (Covid-19).

Langkah lockdown secara nasional yang bertujuan menekan tingkat penyebaran virus corona telah menghancurkan ekonomi AS. Banyak bisnis terpaksa berhenti dan berdampak pada peningkatan pengangguran.

Baca Juga

Penasihat ekonomi White House Kevin Hassett mengatakan, pemerintah membutuhkan langkah signifikan di tengah situasi saat ini. Khususnya dalam menghadapi potensi kenaikan tingkat pengangguran hingga 16 persen pada bulan ini.

"Kami butuh kebijakan yang sangat besar dan bijaksana untuk disatukan agar masyarakat optimistis kembali," tuturnya, seperti dilansir Reuters, Ahad.

Hasset mengatakan, tim penasihat berharap dapat segera berbicara dengan Trump dalam waktu dekat. Setidaknya untuk membicarakan lima hingga enam gagasan besar yang akan diputuskan bersama dengan Kongres.

Hasset mengatakan, ada kemungkinan ekonomi AS bisa cepat pulih ketika lockdown diangkat dan aktivitas usaha kembali berjalan. Tapi, ia juga memperingatkan, segala sesuatu mungkin akan terlihat lebih buruk sebelum memasuki masa pemulihan.

"Sepertinya, beberapa bulan ke depan (situasi ekonomi) akan terlihat mengerikan. Anda akan melihat angka-angka yang buruk yang belum pernah kami lihat sebelumnya," ujar Hasset.

Kebijakan lockdown telah memberikan dampak besar pada ketenagakerjaan AS. Setidaknya 26,5 juta orang AS telah mengajukan tunjangan pengangguran (unemployment benefit) sejak pertengahan Maret. Di sisi lain, penjualan ritel, konstruksi rumah dan kepercayaan konsumen mengalami pelemahan tajam.

Sebelumnya, pada Jumat (24/4), Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) yang bersifat non partisan memperkirakan, ekonomi AS akan berkontraksi hampir 40 persen pada kuartal kedua dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sementara, pengangguran naik 16 persen pada kuartal ketiga.

Situasi tahun depan diprediksi belum terlalu membaik. CBO memproyeksikan, rata-rata tingkat pengangguran AS pada 2021 masih berada di atas 10 persen.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, ekonomi AS diprediksi mampu bangkit kembali pada kuartal ketiga setelah mulai dibuka pada Mei dan Juni. "Kami sudah berikan bantuan fiskal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ke perekonomian. Saya pikir, ini akan memiliki dampak signifikan," katanya dalam program Sunday News Fox.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement