REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran Covid-19 mulai mempengaruhi pengembangan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya pemanfaatan biodiesel di sepanjang kuartal I tahun 2020. Kementerian ESDM mencatat realisasi volume penyaluran biodiesel pada periode tersebut sebesar 2,17 juta kilo liter (KL) atau 90,4 persen dari permintaan pembelian (purchase order/PO), sebesar 2,4 juta KL.
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Hariyanto menjelaskan penurunan permintaan dari penggunaan B30 (campuran 30 persen biodiesel ke dalam BBM jenis solar) menjadi penyebab utama melesetnya target realisasi biodiesel yang sudah dicanangkan.
"Terjadi penurunan demand dari penggunaan B30 yang secara langsung akan mengurangi penggunaan biodiesel," ungkap Haryanto, Kamis (22/3).
Pada bulan Januari, rinci Hariyanto, volume penyaluran biodiesel terserap sebesar 699,5 ribu KL atau 87,53 persen dari PO, yaitu 789,64 ribu KL. Pada bulan Februari, realisasi sempat mengalami pertumbuhan yang positif dengan menyentuh angka 756,96 ribu KL atau 94,72 persen dari PO, yaitu 799,3 ribu KL.
Sementara di bulan Maret, pemanfaatan biodiesel kembali mengalami penurunan dengan hanya terserap 713,86 ribu KL atau 89,32 persen dari PO, yaitu 809,95 ribu KL.
Konsumsi biodiesel sejak tahun 2017 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018, konsumsinya sebesar 3,55 juta KL atau meningkat 49 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar 2,37 juta KL. Peningkatan ini dilatarbelakangi oleh perluasan insentif B20 ke sektor Non Public Service Obligation (PSO).
Kebijakan tersebut berlanjut hingga tahun 2019 sehingga konsumsi biodiesel berada pada angka 6,37 juta KL. Realisasi ini belum termasuk tambahan volume biodiesel untuk kebutuhan uji coba B30 di akhir 2019.