REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor produk peternakan pada awal tahun ini (Januari-Februari) mengalami kenaikan. Kementerian Pertanian menyatakan total nilai ekspor mencapai Rp 1,7 triliun atau naik 30 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita, menuturkan, data tersebut berdasarkan rilis resmi dari Badan Pusat Statistik yang telah dikeluarkan. Pihaknya mengapresiasi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terus berupaya menggenjot ekspornya.
"Kita akan terus meningkatkan ekspor walaupun saat ini tengah terdapat wabah pandemi Covid-19," kata Ketut dalam keterangannya di Jakarta, Senin (6/4).
Adapun pada bulan April 2020, perusahaan yang telah melaporkan rencana ekspornya antara lain yaitu PT Sinar Indochem dan PT Charoen Pokphand Indonesia yang akan ekspor pakan ke Republik Demokratik Timor Leste masing-masing sebanyak 240 ton dan 60 ton dengan total nilai ekspor mencapai Rp 1,57 miliarar.
Selain itu tercatat juga PT Greenfields Indonesia yang akan mengekspor susu dan produk susu olahan ke Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebanyak 417 ton dengan nilai mencapai Rp 5,67 miliar. PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor hatching egg ke Myanmar serta day old chicken (DOC) ke RDTL sebanyak masing-masing 625 ribu butir dan 18 ribu ekor dengan total nilai mencapai Rp 3 miliar.
"Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, kita akan terus mendorong dan memfasilitasi perusahaan yang akan melakukan ekspor," ujarnya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani menambahkan bahwa perusahan yang memproduksi Sarang Burung Walet (SBW) yaitu PT Ori Ginalnest Indonesia juga akan mengekspor SBW ke Amerika Serikat, Cina, dan Australia sebanyak 780 kg dengan nilai sebesar Rp 24,96 miliar.
Fini juga menerangkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri Obat Hewan yang akan mengekspor obat hewan jenis vaksin dan biologik sebanyak 343.582.000 dosis, farmasetik dan premix sebanyak 23.922 ton ke China, Jepang, Australia, dan ke lebih dari 30 negara lainnya.
"Nilai ekspor obat hewan tersebut mencapai nantinya mencapai Rp 502,66 miliar,” ungkapnya.
Fini mengakui bahwa pandemi Covid-19 yang menyebar secara masif di dunia, membuat beberapa negara terdampak mengeluarkan kebijakan pembatasan keluar masuknya barang dan manusia dari dan ke negara mereka. Bahkan ada yang mengambil kebijakan lockdown, hal ini menurutnya membuat aktivitas perdagangan pun mengalami tekanan.
Namun dengan melihat pencapaian kinerja ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020, dan rencana ekspor para pelaku usaha pada bulan April tersebut, Ia optimis bahwa ekspor produk sub sektor peternakan dapat bertahan dalam ketidakpastian perekonomian akibat pandemi Covid-19 saat ini.