REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan siap melakukan lobi dagang ke negara mitra selain China untuk mempertahankan pangsa pasar ekspor produk perkebunan. Hal itu dilakukan seiring adanya penurunan permintaan dari China imbas wabah Covid-19.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono, mengatakan upaya tersebut dilakukan seiring permintaan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar ekspor perkebunan menjadi sektor perdagangan yang paling tahan menghadapi krisis saat ini. "Tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor," kata Kasdi dalam Siaran Pers di Jakarta, Kamis (2/4).
Ia menuturkan, komoditas yang masih bisa diandalkan untuk ekspor perkebunan yakni kelapa sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, serta kayu manis. Kesepuluh komoditas itu, kata Kasdi, selama ini rutin diekspor ke China sebagai pasar utama.
Adapun dalam lobi dagang yang dilakukan, menurut dia, salah satunya berkaitan dengan kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan. Hal itu agar memberikan kemudahan dalam proses perdagangan bilateral seperti yang sudah dilakukan dengan komoditas lainnya.
“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun," ujarnya.
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi penurunan itu akan akan diupayakan peningkatan ekspor ke alternatif negara seperti India, Pakistan, dan Bangladesh sebesar 20 peningkatan. Selain itu, juga ke Amerika Serikat yang diharapkan naik 5 persen.
Negara lain untuk sawit, yakni ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran yang diharapkan naik sebesar 10 persen. Sedangkan, untuk konsumsi dalam negeri kami ditargetkan meningkat 5 persen.
Contoh lain, kata dia, yakni untuk komoditas karet. Pemerintah akan berupaya untuk menjajaki perdagangan karet dengan Jerman dan Perancis sehingga ekspor diharapkan naik 10 persen. Selain itu, ke Amerika Serikat naik 10 persen, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5 persen, Afrika Selatan bertambah 2,5 persen, serta untuk konsumsi dalam negeri bisa meningkat 5 persen.
"Kita akan berupaya meningkatkan kerja sama perdagangan melalui optimalisasi peran perwakilan Indonesia di luar negeri," ujarnya.