REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara khusus meminta Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan mitigasi risiko, menyusul tekanan ekonomi yang semakin terasa akibat pandemi Covid-19. BI juga diminta berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan, dan Kementerian Keuangan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di dalam negeri dan memantau pergerakan pasar keuangan.
"Saya minta BI fokus terus jaga stabilitas nilai tukar rupiah, jaga inflasi, dan mempercepat penggunaan rekening rupiah di dalam negeri," jelas Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas, Jumat (20/3).
Pagi ini, kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (19/3) atau Jumat (20/3) pagi WIB. Kekhawatiran tentang kejatuhan ekonomi akibat Virus Corona meningkatkan permintaan dolar AS meskipun ada langkah-langkah terbaru oleh bank-bank sentral dunia yang bertujuan mengurangi tekanan pasar.
Kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (20/3) ini menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 16.273 per dolar AS. Angka ini melemah dibanding posisi sebelumnya, Rp 15.712 per dolar AS.
Presiden juga meminta OJK untuk segera menyalurkan stimulus kepada sektor-sektor yang terimbas pelemahan ekonomi, terutama sektor informal dan UMKM. Target utama saat ini, menurut presiden, adalah menjaga laju produksi dan mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kebijakan restrukturiasi dan stimulus pembiayaan bagus. Saya juga minta Kredit Usaha Rakyat lebih intensif lagi dan dieksekusi sebanyak-banyaknya," jelas Jokowi.