REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve melakukan kebijakan darurat dengan memangkas suku bunga (Fed Fund Rates) menjadi kisaran nol persen-0,25 persen dari sebelumnya satu persen-1,25 persen. Langkah ini sebagai upaya antisipasi dampak ekonomi akibat pandemi corona.
Menurut Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto penurunan Fed Fund Rates menjadi acuan bank-bank sentral negara lain termasu Bank Indonesia. “Dengan ekspektasi inflasi tahun ini masih on the target 2,5 persen kurang lebih satu persen memberikan ruang bagi BI dalam RDG BI minggu depan menurunkan BI Rate 25 basis poin menjadi 4,5 persen,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (17/3).
Jika ini terjadi, Ryan menyebut tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan outlook ekonomi Indonesia. Justru penurunan BI rate untuk memacu perekonomian melalui jalur supply side seperti sektor perbankan sebagai lembaga intermediaris.
“Dengan surplus neraca dagang Februari 2020 yang di atas 2 miliar dolar AS, maka penurunan BI rate tidak akan memberikan tekanan ke rupiah. Apalagi bank sentral negara lain juga cenderung akan mengikuti langkah The Fed,” jelasnya.
Ke depan, diharapkan penurunan BI Rate dapat disesuaikan oleh perbankan dalam negeri. “Cepat atau lambat perbankan juga akan menyesuaikan suku bunganya sesuai arah suku bunga acuan BI,” ucapnya.