REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah importir mengaku sudah tak memiliki stok bawang putih untuk didistribusikan. Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan pemerintah jangan sampai terlambat melakukan impor bawang putih.
"Untuk komoditas bawang putih selama ini 80 persen lebih mengandalkan impor sebagian besar dari China," kata Bhima, Ahad (8/3).
Bhima mengatakan wabah virus corona aru Covid-19 memang mengganggu distribusi bawang putih impor. Sebab, kata Bhima, dalam prosesnya bawang putih membutuhkan waktu 100 hari untuk ditanam sampai panen.
"Jadi jangan sampai terlambat cari impor dari negara lain misalnya Korea Selatan dan India," ujar Bhima.
Terlebih menurut Bhima saat ini sudah mendekati menjelang Ramadhan. Selain itu, saat Lebaran Idul Fitri 2020 menurutnya permintaah kebutuhan pangan cenderung naik sehingga sudah sangat mendesak dilakukan impor.
Untuk itu, Bhima mengatakan pemerintah perlu mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RPIH) dan Surat Perizinan Impor (SPI) baru untuk komoditas bawang putih. Meskipun begitu, Bhima menuturkan pemerintah juga masih perlu mengantisipasi hal lainnya.
"Tapi perlu dilakukan deteksi dini juga kalau ada pihak importir yang sengaja tahan pasokan," tutur Bhima.
Sebelumnya, Banyak importir mengaku sudah tak memiliki stok bawang putih untuk dipasok ke distributor. Padahal, belum lama ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta importir untuk menistribusikan bawang putih yang masih dimiliki untuk menekan kenaikan harga.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Bawang Nusantara Mulyadi mengaku sudah mendapatkan arahan untuk segera menggelontorkan stok bawang putih impor. "Kalau anggota kami sudah mendapatkan imbauan, harus digelontorkan yang punya stok. Masalahnya tidak semua importir punya stok," kata Mulyadi.
Mulyadi mengatakan menurut informasi yang sudah ia terima, Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RPIH) baru. "RPIH itu kepada sepuluh perusahaan atau importir dengan jumlah 103 ribu ton," ujar Mulyadi.
Selain itu, menurutnya Kemendag juga sudah menerbitkan Surat perizinan Impor (SPI) dengan jumlah 63 ribu ton. Mulyadi menegaskan hingga saat ini belum ada importir yang meneriba instruksi tersebut.
Sementara itu, Ketua II Perkumpulan Pelaku USaha Bawang dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Valentino mengaku saat ini juga banyak importir di dalam anggotanya tak lagi memiliki stok bawang putih. "Di anggota kami stok bawang putih sudah tidak ada," kata Valentino.
Valentino menegaskan saat ini sudah sangat dibutuhkan impor bawang putih. Untuk itu, Valentino menuturkan pemerintah harus lebih cepat untuk mengeluarkan SPI dan RPIH baru bagi perusahaan atau importir bawang putih.